Wangi Melati

Tuesday, December 02, 2008

Internet dan Buku usangnya HMI

diskusi di teras Mesjid Azizi

Aku kedatangan tamu dari Goodreads Indonesia, Jakarta. Dia ingin jalan-jalan keliling Sumut.
Namanya Erry. Kuajak dia melihat sisa reruntuhan Kerajaan Langkat di Tanjung Pura, dan menyapa adik-adik Kohati Langkat.
Sambil menyelam minum airlah...
Sambil menambah teman, sambil jalan-jalan, sambil menambah semangat dan wawasan adik-adik Kohati yang merasa "memble" dalam beraktifitas.

Goodread Indonesia (GI), menurut ku adalah komunitas yang unik dan positif. Dari sekedar pajang buku yang di baca di Internet, berkenalan, ber-kopi darat alias temu muka, kemudian berkembang dalam berbagai kegiatan sejarah, sosial, budaya seputar perubukuan. Semangat yang ingin kuhadirkan dengan kedatangan Erry/GI di Kohati langkat yang sedang jenuh ini adalah,
berorganisasi lah dengan senang hati. Jangan menganggap rutinitas yang ada sebagai beban. Kreatif dalam menjaga semangat beraktifitas.


Nah..Erry pu bercerita dan mempromosikan GI, mulai dari sejarah dan apa saja aktifitasnya sampai sekarang telah berusia setahun.
He..he..he, dia kaget waktu aku interupsi saat dia mengenalkan bahwa goodreads ini semacam friendster, yang lebih spesifik ke hobi baca.

"ehm..maaf Erry, adik-adik HMI langkat tidak kenal friedster. Email saja, sebagian mereka masih buta".

Lucu juga lihat wajah bengong Erry. Tapi itulah realitasnya Erry.
Internet, adalah teknologi kota. Paling luas jangkauannya hanya sampai Ibukota Propinsi. Di Ibukota Kabupaten, di pusat pendidikan Kabupaten langkat, tepat pula di kelas intelektualnya ini contohnya...email saja adalah barang mewah. Apalagi mengenal situs-situs sosial didalamnya...

Miris bukan?. Sementara kita lihat iklan Layanan Sosial pemerintah, seolah internet menjangkau desa, dan familiar dengan anak SD pula.

Leli, sang Ketua Kohati, senyum-senyum malu mendengar penjelasanku. Dia baru sebulan mengenal internet. Satu diantara 3 pengurus yang punya email. (punya tapi blum tau manfaatnya).

Leli pun memaparkan masalah yang dihadapinya di HMI cabang Langkat. Buku-buku perkaderan sulit di dapat. Sementara sistem perkaderan kita menuntut untuk membaca buku. Maka dengan semangat empat lima, dibentuknya perpustakaan Kohati dengan menyodorkan daftar buku yang harus disumbang alumni. (nodong nee).
Daftar buku itu adalah buku-buku yang ada dalam Pedoman Dasar Kohati(PDK). Buku yang jadi acuan dalam pelaksanaan Latihan Khusus Kohati. Harapannya Erry bisa bantu untuk pengadaanya.

Erry pun cuma bisa nyengir melihat daftar buku itu. Meski dia pernah di HMI, tapi tak semua buku itu pernah di bacanya, dan yang jelas, buku-buku itu sudah sangat sulit di temukan terpampang di toko buku terbesar dan terlengkap di Indonesia sekalipun.

Yap..buku-buku tersebut keluaran tahun 80-90an. Buku usang meski memang bagus. Tapi aku yakin sekali, diantara kader Kohati saat ini, membaca SATU saja dari 30-an daftar buku di PDK, kader sudah cukup beruntung. Karena, buku-buku itu tak beredar di pasaran lagi. Saat ini cara mendapatkannya adalah mencari di perpustakaan (setelah menunggu daftar antri yang panjang), atau meminjam dari senioren. (ehm..Bukankah ada motto unik HMI soal pinjam meminjam buku nee??).

Aku beri tawaran ke kawan-kawan HMI.
1. Up date buku-buku di konstitusi dan pedoman-pedoman HMI dengan buku yang ada diperedaran. Sehingga buku bisa dijangkau untuk dibeli oleh kader.
Usulkan ke PB dunk!.
Aneh bukan?, organisasi mahasiswa tidak mengupdate buku-buku baru?.
Apakah pengetahuan tidak berkembang sejak tahun 90-an?, atau kader yang tak lagi baca buku?.

Usulku berikutnya..(aku sudah pernah bicarakan ini ke Istaz, ketua Bakornas BPL)

2. Jika memang buku usang tersebut tak tergantikan dengan wacana kekinian, buatlah e-book nya. Sedikit rajinlah me-scan buku dan membagikannya.
Pajang di Website PB HMI agar bisa di download kader lainnya. Sebarkan di semua cabang, atau bagikan dalam bentuk soft copy pada setiap momen kumpul-kumpul HMI.
Memang sih, ide kedua ini bisa dikatakan pembajakan. Tapi demi intelektualitas HMI yang mulai di pertanyakan...tak bisakah kita sedikit berkelit???

YUS.

No comments:

Jejak Kohatiku