Perdebatan tentang kedua Istilah ini bisa di lihat (KLIK) di sini.
Logika penggunaan istilah ini sampai-sampai juga diteteskan dalam Pedoman Dasar Kohati, tepatnya di bagian Platform Gerakan Perempuan HMI. Berikut kutipannya:
Perempuan berasal dari kata per-empu-an ”ahli/mampu”,
jadi perempuan merupakan seorang yang mampu melakukan sesuatu. Wanita
berasal dari kata berbahasa Jawa ”wani
ditata” yang artinya ”orang yang bisa diatur”. Selain itu, dalam bahasa
sanskerta kata wanita berasal dari kata ”wan” dan ”ita” yang berarti ”yang
dinafsui”.
Alasan yang sama juga terdapat pada pandangan aktifis golongan kiri (sosialis). Kadang aku menduga, isi PDK memang banyak mengutip pandangan-pandangan dari golongan Kiri ini.
Namun bukan ini yang saya ingin ulas,
Perdebatan istilah perempuan dan wanita, seringkali memposisikan istilah wanita sebagai konotasi yang amat negatif, kalau perlu dihapuskan di muka bumi.
Bagiku ini sesuatu yang berlebihan. Kata-kata dalam bahasa Indonesia sangat sederhana, dan dalam beberapa penerjemahan bahasa asing ke bahasa Indonesia sering ditemukan kesulitan. Kadang-kadang jalan pintas yang digunakan adalah menggunakan istilah asing menjadi bahasa Indonesia. Salah satu kata yang familiar di gerakan perempuan ya...feminis.
Baiklah...kembali ke istilah perempuan dan wanita tadi..
Menggunakan kata Wanita juga bukan sesuatu yang harus ditabukan.
Kata wanita tepat untuk membedakan batasan/kelompok usia perempuan.
Wanita adalah perempuan pada fase alat reproduksinya sudah berfungsi.
Kata wanita akan rancu jika digunakan kepada anak-anak perempuan.
Wanita memang lebih menekankan kepada fungsi-fungsi biologis perempuan.
Jadi...kenapa harus tabu mengatakan "Saya Wanita".
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.
No comments:
Post a Comment