Wangi Melati

Wednesday, January 12, 2022

Kalah sebagai awal kemenangan : Catatan Muswil ke-2 Forhati Sumut, Sipirok 2021

 



Muswil Forhati ke-2 berlangsung tanggal 6 Feburari 2021 dalam rangkaian Muswil ke-6 KAHMI Sumut di Kompleks Kantor Bupati Tapanuli Selatan yang megah, Sipirok. 
Alhamdulillah, tugas sebagai Ketua Periodik, Forhati Sumut Periode 2015-2020 kuselesaikan hingga akhir dengan lancar. Forhati bertumbuh dari tiga di tahun 2015 menjadi 16 Forhati Daerah di akhir kepengurusan. 

Dengan suka duka sebagai presidium paling muda, dan paling akhir aku menyelesaikan kepengurusan. Konflik di kepengurusan, meruncing karena ada dua kelompok yang maju menjadi kandidat untuk melanjutkan estafet berikutnya. Sayangnya hal itu terbawa kedalam keaktifan kepengurusan dalam menyelesaikan periodesasi ini.

Sejujurnya kecewa sekali dengan teman-teman yang menyatakan bersedia jadi panitia, namun tidak bertanggung jawab. Usia sudah berumur, namun kedewasaan ternyata tidak bisa mengikuti bertambahnya usia. 

Bertiga kami maju menjadi kandidat. Tim yang kuanggap paling kuat untuk menjadi mitraku melanjutkan estafet kepengurusan. Sebagai yang termuda, ada harga diri yang ingin ku jaga. Gengsi jika aku tidak maju dan menyatakan sudah lelah di Forhati. Sebagai yang paling muda, dan paling matang di Kohati dan training2 HMI, aku harus menunjukkan keunggulan dalam segi mental. Estafet berikutnya harus kucoba perjuangkan. 

Lima Forhati Daerah setia mendukungku, dari awal hingga akhir. Mereka masih terhitung kader-kader ku yang langsung yang kutempa di Kohati, sahabat setiaku dan daerah kelahiranku. Total 16 Forhati Daerah yang diperebutkan. Beberapa Ketua Forhati adalah teman dimasa cabang dan badko, sayangnya mereka tidak berani mengambil sikap memilihku. Ya sudah.

Meski aku tidak terpilih di Muswil ini, namun sangat melegakan. Dimomen terakhir, aku mengenal siapa sebenarnya mereka yang begitu manis senyum namun sebenarnya berkhianat. Yang paling kusyukuri, aku tidak akan lagi berurusan dengan mereka. Aku memilih berada dilingkungan yang bersih dan Muswil ini membantuku untuk membersihkannya. 

Selesai dari kepengurusan kunyatakan diri untuk selesai di Forhati. Forhati, benar-benar tidak bisa menjadi wadah untuk alumni-alumni muda. Setidaknya dalam lima tahun kedepan. Alumni muda, seperti aku, meskipun berada di level presidium hanya akan diperalat tenaganya, namun tak perlu di apresiasi meski sekedar ucapan terimakasih. Bahkan aku tidak diundang sebagai ketua sebelumnya dalam pelantikan kepengurusan Forhati Sumut yang baru. wkwkw...terlalu sombong kakak2 tua ini. 

Maka kuambil posisi sebagai alumni Forhati dan alumni KAHMI saja. Rasanya lebih tenang dan membebaskan. Saat menuliskan ini, muswil sudah hampir berjalan setahun. Kepengurusan baru di menangkan oleh generasi lebih tua dari ku. Sekali-kali teman-teman tim sukses ku ngumpul sambil ngopi. 

Berlian tetap berlian, meski di campakkan di lumpur sekalipun. Darahku hijau hitam, dan perjuangan perempuan adalah basis yang lekat didagingku. Kami bertiga pun berkiprah di luar KAHMI. Lebih tenang, tanpa kritikan senior2 yang omong doang, dan juga cibiran remeh. Waktu yang terluang lebih luas untuk berperan di jaringan nasional. Alhamdulillah, Aku dan k Ainun fokus di penyuluh Anti Korupsi. Desember 2021 aku terpilih menjadi Penyuluh Inspiratif tingkat Nasional. Kak Ainun menjadi fasilitator dan asesor yang menentukan regenerasi penyuluh anti korupsi di LSP KPK. Cut Alma juga bergabung di Penyuluh anti korupsi. Beberapa waktu lalu, Alma kudorong untuk ikut seleksi Komisi Infomasi Provinsi, dan terpilih. 


Kalah sebagai awal kemenangan. Sepulang dari Sipirok, aku merayakan kekalahan dengan makan besar bersama orang tersayang. Pundak ku terasa ringan sekali. dan BEBAS. Dan keringanan langkah itu membuatku mudah menggapai prestasi-prestasi lainnya di tahun yang sama, insyaAllah seterusnya. Amiin
 














Sunday, February 03, 2019

visi perkaderan

Kenapa ber-HMI kau perlu berproses sampai jadi Instruktur?


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

Monday, December 24, 2018

Sang Ketua Kohati

Setiap masa ada orang nya
setiap orang ada masanya

Ya...aku memang orang yang sangat posesif terhadap keberlangsungan kepemimpinan Kohati
Bukan berarti aku berperan penuh terhadap kemenangan setiap tampuk kepemimpinan
Aku tak sekuat itu, juga tak seiseng itu

Sebuah mimpi tersentil kembali ketika Siti akhirnya memutuskan naik menjadi kandidat ketum Kohati PB
Dan entah suara dari mana selalu menguatkan ku hari demi hari
Ini saatnya, kader Sumut yang jadi nomor satu.

Yakin Usaha Sampai
itu rumus yang ajaib
dan memang terjadilah apa yang di yakini itu

proses menuju dan setelahnya bukan lah hal yang mudah
Meski kebanggaan atas kemenangan terasa manis sekali
namun dibalik kisah gemilang sesungguhnya
banyak yang terkorbankan dan terluka
satu demi satu ku obati pelan-pelan
tak semuanya yang kita inginkan harus terwujud segera

Aku selalu percaya
setiap doaku
selalu terkabul oleh Nya
namun sang waktu yang memilah
kapan jawaban doa-doa itu kuterima
momen merayakan kemenangan Siti Fatimah di jembatan merah putih ambon

Pesanku pada yang sedang menjalankan amanah
baik-baiklah menjadi pengurus
proses tak akan menghianati hasil

Dan aku selalu respect pada orang-orang yang gigih berjuang
meskipun dia bukan orang yang pernah kudukung untuk memakai gordon ketua umum itu.

Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

Forhati 20 Tahun

Alhamdulillah, 12 desember 2018
Forhati berusia 20 tahun.
Dan aku salah satu presidiumnya di Sumatera Utara.

Tak ramai perayaan, tak perlu bermeriah gegap gempita.
Sampai pada titik ini aku amat bersyukur
Melewati beragam konflik, namun masih juga tersisa
kawan-kawan yang masih mau berkumpul
Berbagi ide, dan tentu saja makanan :)

Di tahap ini aku pahami
apa yang selama ini menggerakkan orang-orang
tetap bertahan untuk saling menyikut
berdebat adu argumen
dan kemudian saling meninggalkan
tanpa ada satu solusi ataupun karya
ada juga satu dua kegiatan terselenggara
tapi selalu saja membawa kenangan:
perselisihan, permusuhan

kau tau apa jawabnya?
GENGSI

Baru ku baca sebuah artikel,
bahwa itu adalah sejenis penyakit psikologis
Narcisme

Babak belur kurasa
di depanku berwajah manis
di belakangku menyebar dusta
Satu dua malah menikamku dari belakang
Aku tahu, aku tak kan lupa
jangan takut
aku tak perlu membenci
karena benci bentuk lain dari cinta
dan orang-orang seperti itu tak pantas mendapat cinta dalam bentuk apapun
tinggalkan saja

karena Masih banyak belahan bumi yang perlu disuburkan
Kau mau ikut?
Ayuuuk







Friday, December 07, 2018

Indonesia Kreatif untuk Dunia




Indonesia negara terbesar ke empat dalam jumlah penduduk
Negara  Demokrasi Terbesar ketiga di dunia.
Kekayaan Budaya yang luar biasa, bahasa arsitektur, tarian, tenunan, kuliner pesona alam... banyak..dan banyak lagi.

Inilah negara penuh warna, keindahan dan tempat yang nyaman untuk berkarya

Empat Tahun Indonesia Kreatif,
Jangan kau kira Indonesia baru mulai kreatif
Selama ini Indonesia sudah kreatif kok.
'Kere' tapi aktif berkarya, berkreativitas

Empat Tahun Indonesia Kreatif
Adalah komitmen Negara...
Dalam
Memberikan wadah yang nyaman untuk
Manusia-manusia Kreatif Indonesia
semakin berkarya
Semakin mendunia.

Terimakasih Indonesia
I LOVE YOU Full

****
Medan, Grand Aston, 7 Desember 2018

#indonesia
#4tahunindonesiakreatif
#indonesiakreatif
#flasblogging
#kominfo
#penapera
#medanmembaca





Monday, April 17, 2017

For being a Leader

Aku berterimakasih kepada para pemilih rahasia
yang mencalonkanku menjadi Leader
Ada sedikit rasa bangga karena dinilai lebih

Namun saat ini, aku sudah cukup repot dengan menjadi presidium Forhati
aku lebih ingin mendorong siapapun untuk percaya diri memimpin
dan untuk itu, aku komitmen untuk membantu mu
Proses mencapai pucuk pimpinan itu
ataupun menjaga keseimbangan hingga amanah itu selesai

Negeri ini sudah cukup sakit
Cukup parah krisis kepemipinan
amat butuh pemimpin yang teruji dan loyal kepada ummat

jika kau berminat.
Sini aku bantu...
Kita saling membesarkan
Kita saling menguatkan

dalam sabar
dan kebenaran

Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.

Friday, February 19, 2016

Orange Stories: Welcome to Forhati Sumut Pera!

Alhamdulillah....
Dengan perjuangan yang seru, bertemu bersatu padu dengan teman-teman luar biasa
akhirnya Aku terpilih menjadi salah satu presidium Forhati Majelis Wilayah Sumatera Utara.
Hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan pun sesungguhnya lembaga (forhati) ini hendak kutinggalkan dan cukup sampai di sini saja. Karena sudah 15 tahun berkecimpung di Kahmi Medan maupun Sumut, kadang ingin menyerah karena beratnya melakukan perubahan.

Awalnya niatku hanya menjadi salah satu presidium Forhati di Medan. Regenerasi yang wajar dalam kepungurasn karena telah satu periodesasi berkiprah di bidang kesekretariatannya.
Awalnya Niat setengah hati yang dipenuh-penuhkan dan alhamdulillah makin menguat di hari pemilihan.
Banyak hal yang tak terduga, lucu, marah, letih, terluka lalu bangkit lagi, terjadi begitu cepat.

Aku kalah telak untuk sebuah amanah yang lebih besar.

Kekalahanku di Forhati medan mendorong ku untuk membuktikan diri lebih tinggi.
Energi yang sudah kupenuhkan untuk terpilih di Forhati tingkat Medan, ternyata meluap, menghanyutkan teman-teman sekitarku, menjadi arus semangat yang tak bisa dibendung lagi. Jadilah kami bagai air bah.
Kemenangan di Muswil Kahmi Kisaran terjadi begitu saja. nyaris tanpa hambatan.

Ibarat 'ending' sebuah novel. Masa-masa pemenangan di Muswil Forhati Sumut adalah potongan kisah seluruh tokohnya, berpadu dan menyatu, dan membuatku...si pembaca tersenyum.puas.

Dan bertemulah kami berlima, dengan latar kisah masing-masing. Menjadi leader untuk membawa arah Forhati Sumut ke depan. berlatar profesional yang berbeda.
1. Sulfia Dewi Rambe, sang Dokter Gigi
2. Sri Ratna Lubis, Sang Guru
3. Fauziah, sang Dosen ahli Hukum
4. Rahmadani Hidayatin, sang Psikolog
5. Peranita Sagala, sang Arsitek

Diantara mereka, Aku adalah yang termuda.
Tak hanya berlima sebenarnya. Ada sahabat-sahabat dibalik seluruh perjuangan ini. Mereka-mereka yang tak perlu disebut. Namun memegang peran penting dalam setiap detik perjuangan. Mereka terukir dalam hatiku. Terimakasih kawan....terimakasih. :).
Ini kerja kita bersama. Kerja untuk cita-cita dan semangat yang sama: Saling membesarkan.

Terima kasih telah memberikan jalan bagi kami berlima sebagai presidium.

Satu warna yang kami pilih, kami sepakati sebagai simbol perjuangan kami adalah "orange".
Warna yang sama dengan kantor pos, petugas kebersihan, pemadam kebakaran.
Ya... bisa jadi kami seperti pegawai kantor pos, penyampai pesan-pesan peradaban.
Ya..bisa jadi kami petugas kebersihan...pembersih peradaban.
Ya...bisa jadi kami petugas pemadam kebakaran...pemadam angkara.

Biarlah, terserah orang menerjemahkan apa. Kami hanya ingin tampak lebih muda, lebih ceria, lebih semangat, terlihat dan meng"Ada". Seperti itulah gambaran Forhati Sumut ke depan.


***
Dan Kau Kohatiku....
tentu akan lebih kurawat lagi

tak kan kubiarkan kandas dan diinjak-injak

Rumah mungil yang telah membesarkan ku ini
telah mengantarkanku mengenal diriku sendiri

seperti itulah rumah Kohati masa depan yang ingin kusirami
Rumah bagi penemuan jati diri :)


Tuesday, November 03, 2015

MUSDA FORHATI Medan




Link:
1. Pendaftaran Balon Kandidat Presidium Forhati Medan periode 2015-2020 klik disini
2. Pendaftaran Anggota/Pengurus Forhati Medan klik disini



Wednesday, September 16, 2015

Jejak langkahku ber-Kohati : Rumah yang nyaman untuk belajar

Entah kenapa Milad Kohati kali ini mengingatkan bagaimana memori awal ketika aku memasuki rumah yang khusus untuk kaum perempuan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) ini. Mungkin karena beberapa keinginan kawan-kawan alumni yang untuk menuliskan sejarahnya ber-Kohati, mungkin juga terakumulasi sebuah mimpi tahun lalu dimana aku berharap Kohati HMI Komisariat Fakultas Teknik USU kembali berkibar dikampusnya. 

Aku berproses di Kohati diawali oleh ketidaksengajaan. Memasuki organisasi ini tentu harus memasuki HMI terlebih dahulu. Aku ingat tahun itu, 1999, setelah dua tahun menjadi mahasiswa di Arsitektur Universitas Sumatera Utara (USU) aku baru memasuki langkah pertama ber-HMI. Dimasa itu Kohati FT-USU justru bersiap-siap menghapus jejaknya di Fakultas Teknik USU. Istilah yang digunakan kawan-kawan saat itu mengintegralkan Kohati, Istilah dalam Pedoman Dasar Kohati saat ini: Pembekuan Kohati. Tak perduli sebenarnya aku terhadap penting tidaknya Kohati saat itu. Bagiku, aku ingin berbuat sesuatu. Memanfaatkan masa muda dengan aktifitas positif apapun yang bisa ku lakukan. 

Mengukur jejakku hingga hari ini, kau akan terkejut bagaimana seorang Pera di masa awal ber-HMI. Seorang yang pendiam, kaku dan penggugup, bukanlah orang yang dominan. Lebih suka mengamati, dan menunggu saat yang tepat untuk muncul. Itu pun tetap menunggu sampai didorong untuk bicara. Meskipun Aku benci menyerah pada keadaan, namun terlalu khawatir untuk mencetuskan ide. Aku lebih suka bertindak sendiri, tidak komunikatif sama sekali. Maka memanglah seorang Pera adalah single fighter. Dan seringkali lebih nyaman begitu.

Pertama kali aku digembleng di Kohati Komisaria FT-USU. Bingung sebenarnya saat itu, karena setahuku aku masuk perkaderan HMI bukan Kohati, tapi para pengurus saat itu langsung menempatkanku di Kohati. Mungkin karena aku perempuan, (atau saat itu tidak boleh memilih?). 
Tugas pertamaku pasca disematkan menjadi anggota HMI/Kohati adalah menjadi sekretaris panitia Anjangsana (Bakti Sosial). Merupakan proyek kerja besar Kohati FT-USU yang terakhir sebelum ajalnya tutup usia di bumi Teknik USU. Tahun itu, masih 1999. Kepanitian berjalan seminggu menjelang ujian semester sehingga hampir tak ada yang meluangkan waktu dalam hal-hal teknis, lebih memilih berlajar dan kumpulkan tugas. Namun Alhamdulillah, ketika hari H, semua berjalan dengan menantang. Aku dilatih mengambil keputusan penting disaat genting. Pemanasan awal, yang kemudian menjadi pengalaman berharga bagiku hingga saat ini. 

Kohati komisariat FT-USU lenyap tahun itu. Dirayakan dengan masuknya HMI-wati diposisi empat  staf ketua di HMI komisariat periodesasi 1999-2000. Sepertinya saat itu, kawan-kawan terlihat lega dan bangga sekali. Entah kenapa. Aku tak mengerti, dan malas untuk mencari tau. Terhapus dengan suasana ber-HMI yang begitu hangat, seperti rumah. Tiada hari tanpa duduk di Musholla Teknik, berdiskusi apa saja. Pulang kuliah pun masih menyempatkan berjalan beriring ke sekretariat, rapat harian dulu baru pulang kerumah masing-masing. Hari liburpun masih terpanggil. Begitu menyenangkan, dan aku penasaran untuk meneruskan ke jenjang berikutnya. Bagaimana rasanya di tingatan cabang, badko, bahkan PB. Cita-citaku sampai tingkat nasional mulai tumbuh disini.

Tapi berharap ke cabang bukan persoalan yang mudah. HMI Cabang Medan masa itu, memiliki 30-an komisariat. Masing-masing komisariat mengirim satu saja kadernya untuk kepengurusan, maka jajaran pengurusnya sudah cukup gemuk. Dengan posisi wakil bendahara di Komisariat, sepertinya aku harus tau diri, mengalah dengan kawan-kawan di struktural yang lebih tinggi dan lebih berprestasi. 

Ternyata, keinginanku yang belum sempat terucapkan itu disambut oleh Tengku Nurzehan. Ketua umum Kohati Cabang Medan termuda  baru saja terpilih dan sedang menyusun kepengurusan. Saat itu, dia sedang berkunjung ke sekretariat teknik untuk menyampaikan up grading. Sepertinya memang kami jodoh ya... :D
Sudah digariskan untuk bertemu di Kohati. Zehan lah pintu masukku ke cabang Medan.

Meski demikian, perjalananku masuk ke Kohati tidak mulus begitu saja. Hamka Lubis, Ketua umum komisariat masa itu justru satu-satunya orang yang tidak setuju dan tak mau merekomendasikanku. Aku diam shock saat itu. Jalan pemikirannya yang menyebalkan itu dijelaskannya esok harinya sambil menikmati pecal bibi yang nongkrong di depan Musholla. Hampir kumaklumi andai saja, siang itu, tidak ada Yuli (ketua bidangku) dan Bang Roni Harianja yang tak sengaja juga ikut mendengarkan, mungkin tak pernah ada seorang Peranita Sagala yang pernah menjabat menjadi Ketua umum Kohati Badko HMI Sumut 2004-2006, Kandidat Ketum Kohati PB di Kongres tahun 2006. Hamka "ditempeleng" dengan rentetan nasehat di siang bolong. "Orang mau belajar, jangan dilarang", katanya. Hamka terdiam dan tak berani lagi berargumen.  Suatu hari, setelah moment itu aku bertemu lagi setelah sekian tahun tak bertemu dengan sang senior itu. Sama sekali dia tidak menyadari, jasanya terhadap ku. Tapi tak pernah kulupakan siang itu. Awal aku memilih berproses di Kohati. Sebuah organisasi sayap HMI yang memberi ruang bagi orang-orang yang mau belajar.

Kohati, didalamnya tak begitu bergengsi seperti gengsi duduk di struktural HMI setingkat. Khusus pada issu keperempuanan, sehingga tak begitu menarik dalam perpolitikan daerah yang patriarkhinya sangat kental. Karenanya persaingan didalamnya masih begitu longgar. Karena itu pula aku dapat bernafas melakukan banyak hal di Kohati.

Pelan-pelan aku belajar didalamnya. Kelemahan-kelemahan organisasinya justru membuatku merasa diberi peluang untuk berbuat banyak. Kohati masa itu mungkin hanya organisasi kelas dua, organisasi kecil yang tak dianggap berpengaruh. Pikirku, karena itulah aku berpeluang untuk membesarkannya, untuk memperbaikinya. Sok heroik ya?. Pada dasarnya Aku  ingin menjadi besar karena membesarkan Kohati. Bukan besar karena masuk di organisasi yang besar. 

Sekarang, aksi sok heroik ku itu entah sudah sampai mana dalam kacamata HMI dan ummat. Apakah Kohati sudah besar?. Sulit mengukurnya secara kualitatif. Tapi apapun hasilnya, pribadiku sangat banyak "berutang budi" dari proses-proses di Kohati. 

Belajar...tertawa (kau pasti herankan? dulu memang aku sulit rileks menghadapi masalah). 
Berteman dengan banyak lapisan, berbagai latar belakang pendidikan. 
Berteman dengan teman-teman di banyak daerah. Belajar berani. Aku tak khawatir kemanapun saat jadi pengurus Kohati, bahkan ketika menembus Aceh dimasa DOM (Daerah Operasi Militer) baru saja reda. 
Belajar menjalani berbagai konflik, ketika  Zehan dengan tegas bertentangan dengan HMI cabang Medan masa itu, ketika di Badko aku sempat membangun koalisi untuk menjatuhkan ketua umum, dan suksesiku menjadi ketua umum Kohati badko Sumut dan Kohati PB. 
Belajar mengambil sikap terhadap isme-isme komisariat dan kampus USU, IAIN, Unimed, UISU, ITM dan swasta lainnya yang selalu timbul di setiap ajang pemilihan ketua umum dan interaksi di kepengurusan. Kebanggan sendiri ketika kawan-kawan tak lagi  memandang aku dari komisariat teknik, tapi dari Kohati...hanya Kohati.
Belajar menaklukkan gengsi belajar dengan yang jauh lebih muda. Berteman akrab dengan orang yang dulunya sempat kuanggap musuh. Belajar untuk terus belajar didalam dunia-dunia trainingnya.

Tak terbayang semua proses pembelajaran itu tanpa aku ber-Kohati. Aku yakin, jika saja aku masuk di HMI cabang, takkan sebanyak itu peluang yang bisa kuperoleh dan kuperbuat. 

Bagi HMI, Kohati memang alat untuk mencapai tujuannya. Namun sebagai kader,  Kohati adalah fasilitas.
Jauh setelah usai ber-Kohati, fasilitas itu masih kunikmati. Keberuntunganku terpilih dalam program IVLP (International Visitor Leadership Program) ke Amerika Serikat di tahun 2014 adalah salah satu fasilitas yang kunikmati pasca ber-Kohati.
Yang paling berharga dan berkelanjutan adalah bertemu dengan kakak-kakak, kawan dan adik-adik yang luar biasa. Perempuan-perempuan yang terbiasa ber-Kohati dan kemudian terus meneruskan perjuangannya di masyarakat melalui berbagai latar belakang profesi.  Dengan keterbatasan waktu dan peran domestiknya tetap berkarya dan berjuang untuk ummat. Dan selalu menyediakan ruang yang lebih lapang untuk berbuat.

Semoga Kohati selalu mengalirkan kader-kader luar biasanya.

Maka keinginanku tahun lalu  yang pernah kucetus untuk mengembalikann Kohati di FT-USU bukanlah sebuah penyakit post power sindrom walau terkesan memprovokasi. Aku hanya ingin berbagi, fasilitas yang kunikmati hingga saat ini. Memberikan ruang berproses yang lebih lapang, lebih nyaman untuk belajar berkarya.

Semoga terkabul.
Selamat ber-RAK HMI Komisariat FT USU
Selamat Milad ke 49 Kohati
Tetaplah jadi rumah yang nyaman untuk belajar.
Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.


Tuesday, July 21, 2015

Silaturrahmi Alumni Kohati 2015


Walau sambil ngalor ngidul tetap ada beberapa yang jadi benang merah dari pertemuan silaturrahmi Kohati ini di ule kareng, Medan 20 juli 2015

Untuk para Kader HMI
  1.        Tetap lah semangat ber HMI. Setiap jaman punya tantangan berbeda, tapi perjuangan tetap harus ada. Memang tak semua orang sanggup ber HMI, membagi waktu antara kuliah, organisasi bahkan kadang harus bekerja sambilan. Orang-orang yang di HMI memang melatih diri untuk itu, mungkin tak banyak yang mau bergabung tapi meski sedikit tetaplah menyebarkan virus. Satu menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan dan seterusnya.
  2.        Kuasai kampus. Rajinlah ke Musholla kampus. Sholatlah disana, jadilah Imam disana.  Isilah dengan kegiatan diskusi ataupun kajian Islam. Sedikit atau banyak pesertanya jangan pernah menyerah. Kuasai Musholla.

Untuk para Alumni
  1. Untuk cabang dan badko, tak banyak yang bisa diperbuat. Perubahan paling nyata dilakukan adalah merubah dari tingkat komisariat. Maka setiap alumni, turunlah ke komisariat masing-masing. Motivasi dan pastikan komisariat tetap aktif dalam menyebarkan syiar Islam di kampusnya. Makmurkan mushola.
  2. Alumni juga perlu menulis, menunjukkan eksistensi HMI di masyarakat umum. 




Tuesday, March 31, 2015

Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Islam


Jadilah Istri
yang seperti Kualitas Istri Fir'Aun
Yang bisa menghancurkan kekuasaan yang Dzolim
(Qs 66:11)

Jadilah Ibu,
yang seperti Kualitas Maryam
Yang mampu melahirkan Nabi Isa AS.
(Qs 19: 20-22)

Jadilah Anak
yang seperti Kualitas Nabi Ibrahim
Yang tidak tunduk pada berhala ayahnya
QS 19:41-44 dan Qs 2:170)

Jadilah diri sendiri,
seperti Maryam
Yang terjaga Kehormatannya
(Qs 66:12)

Dan Jika sebatang kara,
janganlah merasa lemah,
Ingatlah Rasulullah Muhammad SAW juga
hanya sebentar menikmati kasih sayang
Orang tua kandungnya.

Berpegang teguhlah hanya kepada Al-Quran dan Sunnah
(Qs 4:59)

disampaikan pada:
LKK Kohati HMI cabang Medan
30 Maret 2015



Tuesday, February 10, 2015

Keluarga Ideal itu....

Ok..kali ini kita bongkar kembali konsep keluarga di Kohati.
Karna kajian tentang keluarga adalah sesuatu yang baru di Kohati (juga bagiku),
membuatku gusar belakangan ini dan sesungguhnya sangat dangkal dikaji di Kohati.

Sebagai organisasi Islam, tidak tepat tentunya jika tidak berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah dalam menjalankan kehidupan organisasinya.
Jadi..tulisan iseng-iseng serius ini, semoga menjadi pecut untuk melakukan  kajian keluarga berlandaskan Al- Quran di Kohati, dan berhentilah meniru konsep keluarga pada Panca Darma Wanita :(. 
Semoga Kohati lebih serius mengkaji landasan al-Quran jika ingin me"spesialisasi"kan Kohati dalam menguatkan peran perempuan di Keluarga.

Pertanyaan mendasar adalah:

Keluarga yang seperti apakah yang Ideal menurut Al-Quran?

Nah..mari kita simak dari kisah-kisah keluarga dalam Al-Quran.
Kenapa?. Karena kisah-kisah dalam Al-Quran tentunya bukan cuma dongeng (hey...dongeng aja masih dapat diambil pembelajaran didalamnya, apalagi Al-Quran), tapi harusnya dapat menjadi petunjuk/ aturan hidup berkehidupan.

1. Dalam Al-Quran, tokoh perempuan jarang disebutkan namanya. Satu-satunya tokoh perempuan yang memiliki nama dalam Quran adalah Maryam. Dan...mmm...struktur keluarganya amat tidak umum dengan kehidupan umat Islam hingga saat ini. Seorang perempuan yang memiliki anak tanpa lelaki yang menjadi ayah kandung anaknya. Anaknya jadi seorang Nabi pula.
Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!". Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan".Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.(Qs 19:20-22)

2. Konon, Keluarga yang ideal adalah keluarga Nabi Ibrahim AS.
Ketika beliau berperan sebagai Anak, Nabi Ibrahim  "melawan" orangtuanya.
Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?. Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.(Qs 19:41-44)

Ketika telah dewasa, Nabi Ibrahim memiliki beberapa istri bernama Sara dan Hajar yang  melahirkan anak bernama Ismail dan Ishak. Keduanya tidak begitu akur, pernah kejadian salah satunya pergi berlari-lari antara dua bukit demi seteguk air di tengah gurun. (ups...maaf, setelah di obok2 kisah ini tak ada di  Al-Quran tapi adanya di Injil, Surat Kejadian 16)

Setelah menjadi Ayah, Nabi Ibrahim pun menyembelih anaknya. Jika ayah menyembelih anaknya dijaman sekarang, pastilah sudah dikecam dari segala penjuru. Takkan ada yang berani melakukan hal ini di zaman sekarang, meski telah dicontohkan Nabi.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". (QS 32-102)


3. Kisah Nabi Nuh, dimana anak-anaknya ingkar dan tidak mau mengikuti ajaran Allah.

dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku Termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya."Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (Hud: 45:46)

4. Kisah Nabi Muhammad SAW. Kisah kehidupannya, tidak mendapat kasih sayang ayahnya Abdullah yang meninggal sejak dalam kandungan. Sedangkann ibunya juga meninggal ketika beliau masih anak-anak.
Pada fase sebagai suami, kisah Nabi Muhammad awalnya memiliki satu istri, Khadijah dan setelahnya memiliki lebih dari empat istri.

5. Keluarga Imran

نَّاللَّهَاصْطَفَىآَدَمَوَنُوحًاوَآَلَإِبْرَاهِيمَوَآَلَعِمْرَانَعَلَىالْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (Qs. Ali Imron: 33)
Di dalam ayat ini, Allah memilih di atas segala umat dua Nabi: Adam dan Nuh, serta dua keluarga: Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imron.

***

Kisah-kisah kehidupan keluarga yang disebut dalam Al-Quran ini menarik karena ternyata dalam proses kehidupan berkeluarga, kualitas pengajaran Ibu dan Ayah  bukan faktor yang menentukan karakter anak agar memiliki kualtias seperti Ibu dan Ayahnya.
Lihatlah kisah Nabi Ibrahim yang berani melawan agama yang dianut orang tuanya. Bacalah kisah anak nabi Nuh, yang tak serta-merta mengikuti ajaran yang disampaikan sang Ayah. Dan Nabi Muhammad SAW sendiri besar sebagai anak yatim piatu, yang hanya mengecap sedikit kehidupan bersama orangtuanya.


Contoh-contoh kisah kehidupan para Nabi ini menunjukkan, bahwa peran orangtua meski ada/tidak dinafikkan dikisahkan pada nabi lainnya, namun faktor Anak dalam jalan kebenaran, berada dalam kendali si anak itu sendiri. Meski si anak lahir dalam keluarga yang menyembah berhala, namun dia akan mendapatkan jalan menuju ajaran Allah selama dia memang mau berfikir dan mencari. Sebaliknya meski si Anak berayahkan seorang Nabi namun bisa juga termasuk kaum kafir.

Jadi, jika kamu adalah anak dari keluarga yang broken home, jangan cengeng deh. Dunia tak serta merta hancur karena orangtuamu tak perduli.

Jadi, jika kamu tipe (orangtua) yang berharap pendidikan sang anak agar mencapai jalan yang benar, belajarlah bagimana proses para nabi dan rasul bisa mendapatkan ajaran Allah. Mencontoh ke orang tua, bisa jadi baik, tapi belum tentu benar. Tapi mencontoh pada rasulullah, pastilah benar.

So....
Kamu mau mencontoh kehidupan yang mana?
Keluarga Maryam yang tidak punya ayah bagi anaknya?
Ibrahim muda yang berani melawan keyakinan orangtuanya.
Ibrahim yang tega menyembelih anaknya.
Nuh yang anaknya tetap dalam kekafiran
atau Muhammad?

***
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Qs Al Ahzab: 21)




Sunday, December 28, 2014

Max Havelar full Movie

https://www.youtube.com/watch?v=teDbp-QsjGI

Tuesday, December 09, 2014

Kritik terhadap Platform Gerakan Kohati, PDK hasil Munaskoh ke-21 tahun 2013

Tadinya aku tak ambil pusing ketika adik-adik Kohati cabang Kisaran memintaku menjadi salah satu narasumber di Latihan Khusus Kohati yang diadakan di Kisaran 29 nov 2014. Materi bertema Kohati dan kiprahnya di pergerakan perempuan, memang materi yang sering kusampaikan di setiap LKK maupun diskusi-diskusi di Kohati.

Segala kesibukanku harus ku rem, sehari menjelang keberangkatan. Dan mulai mengutak-atik presentasi untuk persiapan di Kisaran. Kubukalah PDK yang terbaru, yang baru saja kudapat dari pengurus Kohati Badko Sumut, hasil dari Munaskoh ke-21 yang diadakan di Jakarta tahun 2013. Dan aku terkejut dengan perubahan yang sangat signifikan dalam pedoman dasar Kohati kali ini.

Entah hal ini disadari oleh kawan-kawan pengurus sekarang, karena masih banyak peserta LKK cabang Kisaran tersebut yang masih menggunakan PDK edisi kongres sebelumnya yaitu Munaskoh 2010. Yang jelas, instruktur yang mendampingiku kebetulan Ketua bidang eksternal Kohati badko Sumut, menyatakan tidak ada sosialisasi yang cukup mengenai perubahan PDK ini, dari tingkat PB ke lapisan paling bawah: Komisariat.

Apa saja perubahan signifikan tersebut?
berikut cuplikan presentasiku:
Skema Analisis Tujuan Kohati

Analisis tujuan Kohati di masa ku jadi pengurus adalah hasil Munaskoh ke-17 tahun 2004. Skema ini tidak banyak perubahan pada PDK tahun-tahun berikutnya hingga kemudian berubah total pada hasil munaskoh terakhir: Munaskoh ke-21 tahun 2013.

Perhatikan skema Munaskoh ke -17, pada skema tersebut, dapat dilihat irisan keberadaan tujuan Kohati, merupakan bagian dari Anggota HMI. Dimana sifat, statu fungsi dan peran bertujuan sama dengan tujuan HMI yaitu Insan Cita yang dirinci pada pasal 5 AD HMI.  Dalam proses pencapaian tujuan tersebut Kohati mencapainya melalui Pelatihan, kursus, kegiatan pribadi dan kelompok, yang di dalam HMI, dijabarkan sebagai proses PERKADERAN.
Jadi dari skema Munaskoh ke-17, Kohati menyatakan komitmen bahwa proses ber-Kohati merupakan salah satu proses dalam mencapai Tujuan HMI.

Baiklah...selanjutnya mari kita lihat skema hasil Munasko ke 21 tahun 2013. Saya akan analisa sesusai sudut pandang saya membaca. Dimana saya adalah orang luar yang tidak terlibat dalam proses perumusan skema ini sama sekali, sebagaimana 90% kader Kohati yang jadi pengurus saat ini, juga tidak terlibat dalam perumusan tersebut. Bisa dikatakan, hampir seluruh pengurus yang merumuskan PDK tersebut pada Munaskoh tahun 2013 telah lengser dari kepengurusan. Kalaupun ada, tersisa di sebagian pengurus PB dan Badko.

Pertama,
Dimana letak tujuan HMI?.

Pertanyaan yang timbul dari skema ini adalah:
Kenapa Garis Putus-putus yang diperoleh dalam  proses peningkatan Kohati (kualitas/peran) mencapai tujuan HMI?. 
Garis putus-putus ini menunjukkan tujuan Kohati yang bergeser dari tujuan HMI. terkesan, tidak langsung. 

Kedua, 
Dimana konsistensi istilah perempuan. Mengapa jadi Kewanitaan?
Untuk melihat keanehan dari skema ini, bukalah Landasan Gerakan yang masih belum berubah pada PDK yang sama dengan skema ini: 
dapat dilihat bahwa antara skema Analisa tujuan Kohati dan Landasan Gerakan adalah INKONSISTEN.


Ketiga
Siapa Putri, Istri, Ibu?

Kenapa tiba-tiba muncul istilah Putri, Istri, Ibu dalam proses peningkatan (pada garis putus2 belum mencapai tujuan HMI)
Sementara anggota Kohati adalah Mahasiswa, yang amat sangat sedikit telah menjadi ISTRI dan IBU.
coba cerna skema tersebut: Kohati meningkatkan peranan sebagai Istri dan  Ibu....>>> disaat kohati belum berproses menjadi Istri dan Ibu?.
Sama artinya dengan:  mengajarkan bagaimana peranan Istri dan Ibu saat, anda masih lajang....
Well...  peranan ini saya katakan: TIDAK APLIKATIF!, tak bisa diterapkan. 
sedangkan...siapa anggota Kohati dijelaskan: 
jika skema tujuan Kohati seperti diatas, maka dapat dimaknai bahwa Mahasiswi dalam ber-Kohati, didorong untuk SEKALIGUS berperan menjadi Istri dan Ibu...DISAAT anda berstatus MAHASISWI. 


Darimana sumber istilah-istilah baru  dan Inkonsisten dalam PDK produk tahun 2013 ini?
Sebenarnya istilah Perempuan sebagai Putri, Istri, Ibu dan Anggota masyarakat, bukanlah istilah baru dalam Sejarah Gerakan Perempuan.  Dengan pendekatan sejarah, dapat dilihat, dimana sumber munculnya istilah ini.

Silahkan search di Google, dengan kata kunci : Gerakan Perempuan putri istri dan ibu
salah satu hasil yang ilmiah tentang munculnya istilah ini dalam dialektika wacana perempuan di Indonesia dapat dilihat dalam Jurnal berikut:



Ternyata istilah itu menjadi jargon politik Era Orde baru. Merupakan kebijakan yang diciptakan untuk mengendalikan gerakan perempuan oleh Negara melalui PKK dan Darma Wanita yang diciptakan di era tahun 70an. 
Silahkan bukan PDK dari sejak era tahun 70-an, tidak ditemukan wacana orde baru ini. 
wacana yang muncul PDK sebelumnya adalah isu yang sama dengan isu feminis di Internasional (lingkaran merah pada gambar dibawah)
Adalah aneh, ketika wacana orde baru ini JUSTRU muncul di era tahun 2013. 



Tentunya saya tidak menolak kemungkinan adanya niat luhur yang ingin menguatkan peran perempuan sebagai Istri dan Ibu. Tapi saya sarankan, lebih tepat letakkan pada organisasi para Istri dan Ibu, bukan organisasi Mahasiswi. 
Kecuali...Kohati ingin diarahkan menjadi Organisasi para Istri dan Ibu-ibu.

Juga....
jika ingin tetap menguatkan peranan Istri dan Ibu...perkuatlah dengan landasan teologis. dimana HMI dan Kohati sebagai organisasi Islam selalu mengacu kepada Al-Quran dan Sunnah dalam setiap aktifitas organisasinya. Ayat-ayat yang digunakan dalam landasan Geraka Kohati...masih menggunakan landasan Gerakan yang menguatkan wacana Feminis yang ada pada platform gerakan perempuan HMI pada PDK-PDK sebelum 2013.

KESIMPULAN:
Hal penting yang ingin saya tekankan dalam tulisan ini adalah:
Setiap kebijakan harusnya ada Sosialisasi terhadap perubahan yang terjadi. 
PDK hasil Munaskoh ke-tahun 2013 ini benar-benar memiliki perubahan yang signifikan dan mendasar. 

Bagaiman mungkin menjalankan sebuah kebijakan yang tidak dipahami?


MAKA mintalah tanggung jawab para perumus kebijakan ini!. 

Jika berbagai literatur sejarah Gerakan Perempuan Indonesia menyatakan era Orde Baru adalah sebuah kemunduran/kemadegan gerakan, maka era tersebut sedang diadaptasi oleh Kohati saat ini. 
******

Saya ingat, Munaskoh ini berjalan berbulan-bulan karena termasuk penyelenggaraan kongres terlama dalam sejarah HMI berdiri. 
Namun...melihat kualitas hasil munaskoh ini....aiih....la terkataken...


Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional.







Sunday, September 14, 2014

Memahami dengan gambar

Site dibawah ini menarik.
Pembelajaran melalui gambar, lebih sederhana, mudah dicerna.
Apalagi untuk budaya yang malas membaca.
Gambar-gambar seperti ini perlu diperbanyak.


http://www.boredpanda.com/we-have-a-voice-a-handwritten-and-illustrated-story-dedicated-to-girl-empowerment/?commentUpdated








Wednesday, August 13, 2014

Jilboobs, pergeseran makna Jilbab di Indonesia (2)

Pada masa dibangku perkuliahan, tahun 2000an, aktifitas selain kuliah tempat yang paling kusukai adalah Mushola. Di bangunan teduh berteras lebar itu, banyak bersileweran berbagai aliran Islam membuka wacana diskusi tentang pemahamannya masing-masing.
Uniknya, setiap aliran memberikan penanda dengan cara berpakaiannya. Yang cukup jelas terlihat adalah pada pakaian perempuannya dalam menggunakan jilbab.
Untuk memudahkannya, saya bagi kelompok jenis pemakaian jilbab berdasarkan dua tipe ideologi yang membuat mereka berjilbab:

1. Tipe Berjilbab sebagai Aktifis Muslimah
Tipe ini, berjilbab karena didorong oleh aliran pemahaman dimana aktifitas sosialnya berada.Uniknya tipe aliran pemahaman Islam berbeda dalam berjilbab. Kelompok ini terdiri dari beberapa aliran yaitu:

  • Aliran Salafi, kaum perempuannya memakai jilbab besar. Besarnya hingga pergelangan tangannya hampir tertutup. Warna pakaiannya hampir satu warna, dan bernuansa gelap, seperti biru tua, hitam, coklat tua. Pakaiannya satu kesatuan, yang sering disebut dengan istilah jubah. Kelompok yang lebih konservatif lagi, malah menggunakan penutup bagian mulut atau dikenal dengan istilah cadar. Memakai kaos kaki, sama wajibnya dengan kerudungnya. 
  • Kelompok Aliran tarbiyah, biasanya tergabung di KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) atau PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Pakaiannya lebih berwarna. Jilbabnya cukup besar, namun tak sepanjang aliran salafi. Biasanya hanya menutupi sampai siku lengan. Kelompok ini, suka juga memakai jubah, tapi ada juga yang memakai beberapa potong pakaian, yang terdiri dari jilbab, baju yang panjangnya menutupi pinggul, dan rok panjang. Mereka tak pernah menggunakan celana sebagai pakaian bagian terluarnya. Memakai kaos kaki, sama wajibnya dengan kerudungnya. 
  • Kelompok Aliran Hizbut Tahrir. Cara berpakaian kaum perempuannya mirip dengan tarbiyah.Juga lebih berwarna daripada kelompok Salafi. Jilbab besar yang menutupi siku atau sampai pergelangan tangan. Ciri khasnya, adalah Jubah. Bagi kelompok ini, jubah tersebutlah yang disebut jilbab. Sedangkan kain di bagian kepala disebut dengan khimar. 
  • Aliran lain-lain. Kelompok ini, paling banyak. Merupakan kelompok yang diluar dari kelompok yang sudah kuurai diatas. Jika bergabung dalam organisasi, mereka ada di HMI dan IMM. Jilbabnya tak sebesar aliran tarbiyah. Cukup menutupi bagian bahu dan bagian dada. Paduannya menggunakan Rok, atau celana yang longgar. Terkadang memakai kaos kaki, terkadang juga tidak. Di kelompok ini juga terdapat hijaber ataupun jilboobs bahkan tidak berjilbab. Karena kelompok ini tidak membakukan bentuk pakaiannya, maka beragamnya jenis pakaian di kelompok ini dianggap lumrah atau juga proses pencarian, melatih diri. 
  • Aliran Liberal. Kelompok ini tidak menggunakan kain penutup kepala karena telah melalui proses mencoba memahami ajaran Islam. Jadi berbeda dengan masyarakat umum yang belum berjilbab. Kelompok ini malah melepas jilbabnya. Biasanya kelompok ini tidak menggunakan jilbab karena menurut pemahamannya kain penutup kepala tersebut adalah budaya dari Arab bukan berasal dari Islam. 


2. Tipe berjilbab demi trend fashion. 
Nah di era tahun 2000an ini, jilboobs sudah ada. Jilbab, melilit kepala dan leher saja. Berbaju ketat, dan celana ketat. Biasanya yang berpakaian seperti ini akan jadi bahan bisik-bisik tak sedap. Tentu saja terkesan memperolok-olok Islam. Tapi jenis seperti ini kemudian semakin banyak juga, dengan semakin dipopulerkannya jilbab oleh selebritis dan fashion desainer di Indonesia.

Kelompok ini kemudian mencoba memadukan Fashion dengan nilai-nilai yang diperjuangkan kelompok aktifis, tapi tetap mengedepankan kemodisan, indah, menarik, sebagai tujuan dari fashion itu sendiri. Maka lahirlah kelompok Hijabers. Kelompok ini membuat Jilbab tak terlihat membosankan dengan gaya yang itu-itu saja. Jilbab dipadukan dengan seni kreatifitas. Aku yakin kelompok ini membuat bisnis garmen menjadi lebih semangat lagi mencetak jenis-jenis jilbab dan berbagai asesorisnya dan sangat mudah didapatkan.

bersambung...:)

tulisan sebelumnya:
Jilboobs, pergeseran makna Jilbab di Indonesia (1)

Jejak Kohatiku