Wangi Melati

Monday, May 23, 2011

Jejak Peluh LK2 Binjai

Energiku mungkin terlalu banyak terserap untuk training LK II Binjai yang lalu. Sampai-sampai hingga kini jemariku pun masih kaku untuk menguraikan kisahnya. Sudah lama blog ku ini tak terhias pada kisah kisah hayalan yang liar. :)

Inilah kisahku sebagai Master of Training LK II.
Tak pernah terbersit keinginganku untuk jadi MOT dalam training formal HMI. Meskipun LK I. Beberapa kali mengelola LK III memang ada keinginan untuk memegang kendali sepenuhnya di kepengelolaan sebagai master of training, tapi tentu saja masa itu sudah berlalu. Sama dengan LK II ini. Harusnya aku benar-benar sudah pensiun di perkaderan. Tapi, satu dan lain hal, aku tak bisa menolak tawaran ini. Ok lah...ini terakhir (?)

Tantangan paling berat menjadi MOT ternyata ketika dihadapkan mengambil keputusan terhadap kelulusan peserta di interview. Kalau sekedar mengonsep2 training,_ini mah...hobbi ku...
Tapi ketika dihadapkan pada seleksi siapa peserta yang layak lulus...rasanya ada beban yang amat berat. Seolah masa depan akan menjadi juru sidang yang paling sadis dalam menghukumku jika saja aku mengambil keputusan yang membuat kader yang harusnya bisa lebih maksimal berproses menjadi terhalang. Dengan diskusi alot, akhirnya ku beri peluang sebesar-besarnya bagi kelulusan peserta dari seleksi interview. Dengan syarat, mereka memenuhi seabrek tugas yang diberikan untuk pembobotan mereka dalam waktu singkat sehingga tetap maksimal mengikuti forum training yang sudah direncanakan tim instruktur selama sebulan.

Ternyata semua peserta yang lulus bersyarat, mengerjakannya tugas yang kuberikan meski dalam waktu yang terbatas. Kecuali dua orang sadar diri dan mengundurkan diri. Tapi kepada mereka yang bertahan, Hmm...disini aku mulai kagum pada mereka. Apalagi ternyata keaktifan mereka sesuai dengan yang kuharapkan terjadi dalam dunia forum training. Alhamdulillah, sedikit lega aku tidak mengambil keputusan yang salah. Mereka memang layak untuk mendapatkan proses training ini.

Bagaimana tentang trainingnya sendiri?

Ok...Aku akui, banyak hal yang harus di benahi secara persiapan. Namun dari proses yang kujalani, dapat kuambil kesimpulan, Training LK II memang sebuah training yang sangat tidak terawat di HMI. Tak ada pengembangan metode training. Isinya selama ini dibiarkan menjadi sekumpulan seminar, dan peserta berlomba bagai ajang debat di dalamnya. Ironisnya debatnya hanyalah debat kusir. Tanpa sebuah tawaran solusi.

Inilah LK II yang kualami dulu, dan meskipun telah berhasil melewatinya sebagai salah satu peserta terbaik.Tapi sesungguhnya ada keinginan berontak, dan tak tahu harus berbuat apa sepulang training itu. LK II di jejali beragam wacana, namun tak mampu menerapkannya di dunia nyata. Beugh...

Maka di desain training ini, beberapa metode dan materi disuntik untuk pembaharuan.

Setelah rapat instruktur, berembuk, masuklah materi Teknik menulis Ilmiah sebagai salah satu materi tambahan tetapi penting. Sebuah usulan sederhana tapi menjadi senjata aplikasi dari buncahan ide yang lebih bertanggung jawab daripada sekedar disemburkan dalam forum diskusi.
Kemajuan dunia maya yang begitu pesat telah membuat kader-kader HMI sekarang begitu malas untuk menuliskan idenya dalam makalah yang jadi prasyarat mengikuti LK II. Cukup copy paste dan kutip sana sini. Sesungguhnya isinya sangat-sangat membosankan dan jauh dari tawaran solusi. Belum tentu buku yang jadi rujukan makalahnya adalah buku yang benar-benar telah di bacanya. Wajarlah kalau aku menyimpulkan bahwa terjadi degradasi kualitas kader, dimasa kami dengan masa kini. Karenanya perlu benar-benar dibekali dengan kemampuan menulis.
Salah satu tujuan dari LK II sendiri memang terbinanya kader yang memiliki kemapuan intelektual. Nah Dunia menulis adalah budaya intelektual yang sangat erat kaitannya.
Perlu kiranya materi ini menjadi materi wajib dalam LK II.

Modal utama sebagai intelektual adalah baca dan menulis. Dan ketrampilan ini perlu diasah dalam training. Bagaimana membaca yang efektif, bagaimana pula menulis yang baik. Buku Quantum Learning sangat membantu memberi mentoda-metoda pembelajaran yang kuterapkan di training ini.

Modifikasiku dalam metode training Lk II ini adalah pada tugas membaca buku NDP. Buku Islam Doktrin dan peradaban ku bagikan pada peserta. Masing-masing peserta bertugas meresensi satu bab. Saat pertama dibagikan, mereka sama sekali tidak tau judul buku itu. Setelah meresensi awalnya aku minta di tempel seperti mading, tapi ternyata ku evaluasi akan tidak maksimal di baca seluruhnya oleh peserta. Akhirnya menjelang evaluasi pertengahan training, mereka kupaksa membaca setiap resensi temannya, dan memberi komentar terhadap tulisan tersebut. Mereka dilatih membaca cepat. Dilatih bagaimana posisi membaca yang baik, dan bagaimana melihat pesan tulisan dengan cepat dan tepat. Di akhir sesi kutampilkan buku tebal itu. Dari 29 peserta, hanya satu orang yang menggunakan buku itu sebagai referensi makalah. Padahal buku itu adalah buku wajib jika ingin mendalami NDP. Itulah sebabnya buku itu dipilih sebagai bahan tugas teknik membaca ini. Dan mereka telah menelan buku itu bersama-sama dalam waktu tak lebih dari satu jam. Hal yang mungkin tak kan mereka lakukan selama ini, diluar training. Targetku adalah memotivasi mereka. Bahwa mereka pernah membaca buku setebal itu, dalam waktu satu jam. Maka pasca LK II, membaca bukanlah hal yang sulit lagi bagi mereka.

Materi lain yang perlu penguatan adalah di materi Strategi dan Taktik. Karena tujuan kedua dari LK II adalah terbinanya kader yang mampu mengelola organisasi serta berjuang untuk meneruskan dan mengemban misi HMI.

Oleh karena itu, materi ini tidak cukup hanya mendengar wacana dari pemateri. Materi ini perlu wadah aplikasi dan latihan. Aplikasi nyata adalah di HMI, dapi dalam forum training tentunya harus diwadahi dalam bentuk semacam simulasi sederhana.
Dalam LK II aku mengarahkan agar peserta mampu melakukan perencanaan strategis. Bagaimana menyusun program-program yang memenuhi kebutuhan organisasi dan tentunya mandat organisasi di masyarakat. Dari sini aku ingin mengarahkan pentingnya keluasan peran HMI yang selama ini di amanahkan pada lembaga khusus maupun lembaga pengembangan profesi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai tentang hingga mekanisme bagaimana mengembangkan lembaga ini pun menjadi syarat penting bagi peserta.

Satu hal lagi, daya kritis peserta yang diasah pada analisa sistem-sistem organisasi yang berjalan. Apakah pasal-pasal dalam konstitusi perlu direvisi atau tidak, dan seberapa besar pengaruhnya pada perubahan organisasi.

Dalam perencanaan strategis sendiri, kelemahan HMI adalah menerjemahkan kondisi kebangsaan/umat dalam program kerja/advokasi yang tepat, serta menguraikan indikator keberhasilan sebuah program kerja.

Sayang sekali, waktuku sendiri tak maksimal untuk memberikan pendalaman ini kepada peserta. Menguraikannya pun sebatas teori, dan terbatas waktu. Semoga saja yang terkucur sedikit itu bisa bermanfaat dan dipahami peserta pasca pelatihan.

Diakhirnya, seperti biasa, masih banyak ketidak puasan dalam pengelolaan ini. Malah banyak keinginan revisi disana sini. Namun tak ada yang sempurna, kemampuanku juga terbatas. Banyak pihak sudah berusaha semaksimalnya. Semoga teman-teman bisa mengambil pembelajaran untuk pengelolaan training yang lebih baik di masa depan.

LK 2 sebagai training yang memproduksi pemimpin-pemimpin di HMI perlu benar-benar di benahi sesuai dengan tujuannya.
Terbinanya kader HMI yang mempunyai kemampuan intelektual dan mampu mengelola organisasi serta berjuang untuk meneruskan dan mengemban misi HMI”.

No comments:

Jejak Kohatiku