Wangi Melati

Tuesday, August 12, 2014

Jilboobs, pergeseran makna Jilbab di Indonesia (1)

Jilbab, di Indonesia dikenal sebagai sejenis kain kerudung yang menutupi kepala.
Berbeda dengan kerudung, yang digunakan oleh ibu-ibu pengajian di era sebelum kemerdekaannya, Jilbab dimaknai sebagai kerudung yang lebih tertutup, terutama menutupi bagian leher, dan seluruh rambut.

Dulunya, ketika awal Indonesia merdeka, Jilbab tidak sepopuler sekarang. Jilbab hanya terbatas digunakan disekolah agama, dan bukannya di sekolah umum. Jilbab juga jarang ditemukan di keseharian, sekalipun di komunitas mayoritas Islam.

Sekarang Jilbab adalah trend. Sekolah-sekolah umum sudah biasa ditemukan orang-orang yang menggunakan Jilbab. Di perkantoran juga bukan hal yang aneh lagi.

Aku berada di era dimana perubahan pakaian jilbab ini masuk melalui sekolah-sekolah formal umum di Indonesia. Masa itu, adalah masa orde baru dimana kebebasan berekspresi sangat terbatas. Perjuangan orang-orang yang kemudian berhasil merubah pakaian di sekolah formal tentu saja tidak terjadi begitu saja. Tahun itu terjadi disekitar tahun 1990an.

Tepat masuk Sekolah Menengah Atas (Umum), aku dipaksa menggunakan jilbab di sekolah. Padahal dilingkungan sekolah kami, Islam termasuk minoritas. Sejujurnya, aku saat itu tidak suka berjilbab. Menurutku saat itu, orang berjilbab adalah orang yang sok suci, dan sok paham agama. Tapi karena tegasnya guru agama di sekolahku, kami pun terpaksa mengeluarkan biaya lebih untuk membeli seragam baru dan berjilbab ke sekolah. Kadang-kadang kami diejek dengan sebutan "ninja". Kalau saja tidak ada kewajiban dari sekolah, sudah kulepas saja kain itu.

Perlahan, dari masuk jilbab melalui sistem pendidikan. Pemakaian jilbab semakin meluas, dan pemakainya tak terlihat lagi sebagai "mahluk aneh".

Ketika masuk di dunia perkuliahan, tahun 2000an, dalam sebuah literatur politik populer yang kubaca, Jilbab malah dianggap simbol modernitas Islam di Indonesia. Menurut buku itu, Istilah Modern pada konteks jilbab, tidak mengacu kepada perkembangan sains di eropa, tapi modern yang mengacu kepada kembalinya umat Islam menerapkan Al-Quran dalam kesehariannya.

Ya...penggunaan Jilbab sebenarnya cukup jelas perintah didalam Al-Quran.
(Akan kutuliskan lebih detail lagi tentang ini di tulisan berikutnya).




Perkembangan positif umat Islam dalam berbusana, tentu tak sepenuhnya sempurna.
Ada yang menganggap berjilbab adalah tahap yang terlalu suci, sehingga merasa belum pantas menggunakannya.
Ada yang menggunakan Jilbab sebagai identitas Islam, sebagai persaksian kepada sekitarnya bahwa seseorang ingin meningkatkan kualitas ke Islamannya.
Ada juga yang menggunakan Jilbab sekedar fashion, trend busana.
Ada yang mengecilkan makna Jilbab, sebagai selembar kain dikepala, tanpa perlu menyesuaikan pakaiannnya yang ketat dan tingkah laku yang sesuai.
Yang terakhir ini, kemudian diplesetkan dan ipopulerkan dengan istilah "Jilboobs".
Boobs berasal dari bahasa inggris yang berarti dada. Jilboobs berarti menggunakan jilbab, tapi tetap menonjolkan lekuk tubuhnya. Tentu saja tak sesuai dengan syariah Islam.
Menurutku ini bukan sebuah degradasi, tapi tindak laku  yang didasari oleh tingkat pemahaman.

Maka...ketika Jilboobs begitu populer, maka sebaiknya perlu juga mengkampanyekan lebih gencar pula, mengenai defenisi Jilbab yang sesuai dengan Al-Quran.

Yang menarik adalah, jika mengacu pada Al-Quran tentang perintah berjilbab, maka penggunaan istilah Jilbab untuk kain kerudung sebenarnya tidak lah tepat.

Ada beberapa pemahaman yang beragam tentang makna Jilbab dalam berbagai aliran Islam di Indonesia. Meski istilahnya sama: Jilbab, tapi pada teknis pemakaiannya berbeda.
Teknis pemakaian ini, ada yang didasari oleh pemahaman terhadap ayat Al-Quran yang berbeda pula.


(bersambung)
Jilboobs, pergeseran makna Jilbab di Indonesia (2)

No comments:

Jejak Kohatiku