Wangi Melati

Friday, December 01, 2006

PEMBAHARUAN KOHATI menuju KOHATI PEMBAHARU !

Sejarah telah mencatat bahwa dinamika gerakan perempuan adalah gerakan global dalam kerangka mengembalikan hak-hak perempuan yang sadar atau tidak telah terampas oleh budaya patriarkhi. Optimisme membangun kesetaraan dalam wadah gerakan yang terorganisir, bagai bola salju yang semakin waktu semakin membesar dan terus bergulir hingga sekarang. Mau tidak mau dunia harus membuka mata bahwa gerakan perempuan ada di setiap belahan dunia dan menjadi kekuatan tersendiri.
Di Indonesia, perjuangan kaum perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya dan juga nasionalismenya telah terbukti jauh sebelum kemerdekaan Indonesia terwujud. Perempuan-perempuan Indonesia, seperti Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien dan banyak lagi, perlahan tapi pasti telah membangun gerbang-gerbang pemberdayaan perempuan menjadi gerakan yang semakin masif. Kongres Wanita 22 Desember 1928 menunjukkan kesadaran kaum perempuan memperjuangkan hak-haknya dan juga kepekaannya untuk memberikan andil dalam perjuangan bangsa. Pasca kemerdekaan berbagai organisasi perempuan tumbuh sebagai wadah pemberdayaan perempuan. Meski harus terpasung sebagai organisasi dibawah berbagai organisasi induknya di masa orde baru yang mengekang kebebasan berdemokrasi, pergerakan perempuan tetap berusaha berdenyut, menunjukkan eksistensinya. Angin segar reformasi, membawa musim semi bagi berbagai gerakan-gerakan masyarakat. Dinamika gerakan perempuan pun semakin menunjukkan kukunya.
Dua tahun terakhir ini dapat dikatakan sebagai tahun-tahun puncak gerakan perempuan di Indonesia. Gerakan perempuan mengambil kiprah dalam perpolitikan bangsa dan mampu mencetuskan kebijakan-kebijakan yang berperspektif perempuan. Hasil gerakan gerakan perempuan ini terlihat dengan disahkannya Undang-undang KDRT yang merupakan upaya perlindungan terhadap kaum perempuan yang selama ini terjebak dalam kekerasan rumah tangga. Kuota 30 % partisipasi politik perempuan di UU politik adalah gebrakan besar untuk memberikan pendidikan politik di masyarakat tentang pentingnya peran perempuan. Trafiking menjadi sorotan tajam yang menuntut kerjasama berbagai pihak untuk meretasnya. Pornografi dan pornoaksi, mulai menjadi fokus gerakan berikutnya untuk mengawal moral bangsa agar tetap beradab dan menghargai perempuan. Semakin banyaknya issu yang mengusung berbagai perpektif kehidupan perempuan menunjukkan bahwa gerakan perempuan diakui sebagai sebuah kekuatan masyarakat yang menentukan perubahan di negeri ini. Prospek gerakan perempuan akan semakin menantang melihat semakin banyak terkuak ketidak adilan yang dihadapi kaum perempuan yang membutuhkan perjuangan yang tak kalah berat juga.
Dalam dinamika gerakan perempuan yang dinamis, mari kita berkaca sejauh mana KOHATI menjadi aktor didalamnya. KOHATI, terlahir dari sebuah reponsitas terhadap kondisi eksternal yang mulai melirik gerakan perempuan sebagai sebuah kekuatan yang diperhitungkan kemampuannya di dunia politik. Dalam sejarah kelahirannya, KOHATI terkesan sebagai the follower yang menambah daftar organisasi perempuan yang dibentuk sebagai perpanjangan tangan organisasi induknya dalam wacana keperempuanan.
Meskipun terlahir dengan semangat untuk mewarnai gerakan keperempuanan dengan hijau hitam visi HMI, dalam perjuangan selanjutnya KOHATI tak lebih sebagai penonton dan partisipan dari pada motor perubahan. Terlihat dengan sedikitnya perubahan kebijakan yang diusung KOHATI di tingkat nasional. Bahkan dalam hal menengakkan isu-isu Islam dan perempuan secara intelektual, KOHATI tidak banyak menyumbangkan pemikiran-pemikiran jika dibandingkan dengan sumbangsih HMI dalam pergolakan pemikiran Islam di Indonesia. Di tingkatan organisasi muslimah, KOHATI tertinggal jauh dari Nasyiatul Aisyiah dan Muslimat NU yang telah menunjukkan ke-eksis-annya terhadap pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Ke-Islaman di Indonesia yang begitu pluralis dalam wacana keperempuanan, nyaris belum disentuh KOHATI.
Kebesaran KOHATI saat ini masihlah menumpang terhadap kejayaan HMI di masa lalu yang mulai buram. Dan kondisi ini semakin diperburuk ditahun-tahun terakhir ini, di saat pergerakan perempuan semakin mengakar dan menunjukkan kemampuannya dalam merubah kebijakan publik.
Pertanyaan sekarang adalah, akankah KOHATI tetap seperti ini?
Jika kita tinjau ulang tujuan KOHATI, yaitu terciptanya muslimah insan cita, KOHATI sejatinya adalah mesin intelektual yang menjadi lokomotif perubahan dalam gerakan perempuan di Indonesia. Empat kriteria muslimah cita yang terdiri dari kepribadian muslimah, Intelektual, profesional dan mandiri, merupakan pilar penyangga yang ampuh untuk menegakkan bendera HMI di pergerakan perempuan jika saja KOHATI memang mempersiapkan diri untuk melahirkan kader-kader impian ini. Kenyataan yang tejadi selama ini KOHATI selalu jalan ditempat, dan terkurung oleh konflik internal KOHATI dan HMI.
Konflik internal yang selalu mengembalikan KOHATI ke titik nol perjuangannya adalah upaya pembubaran KOHATI dari tubuh HMI.
Otonomkan KOHATI, ini tercetus di sidang komisi pra Kongres yang pertama di Jakarta, Desember yang lalu. Ide ini bukannya tercetus begitu saja, tapi memang karena adanya pesimisme dari tingkatan cabang-cabang. Namun sebenarnya ini bukanlah sebuah ide baru ketika tercetus dari orang-orang yang bukan pelaku di KOHATI. Ide otonomkan KOHATI hanyalah ide pembubaran KOHATI yang berganti baju. Yang inti sebenarnya adalah peniadaan KOHATI dari tubuh HMI.
Menyikapi issu otonomisasi KOHATI sebenarnya adalah ide yang perlu dicermati kelak. Jika melihat peluang pasar, dengan bergeliatnya gerakan keperempuanan di hampir semua aspek, belum ada wadah intelektual perempuan di tingkatan mahasiswi yang terorganisir secara mandiri.. Jika saja dengan keuletan membangun penyadaran kepada para mahasiswi, organisasi intelektual perempuan akan menjadi sebuah kekuatan besar kelak.
Bukan tidak mungkin KOHATI otonom. Namun jelas nama KOHATI harus berganti, tanpa embel-embel HMI-wati didalamnya, karena akan menimbulkan kerancuan dalam sistem perkaderan dengan HMI yang jika otonom harus dipisah dengan sistem perkaderan HMI. Oleh sebab itu, bukan tidak mungkin KOHATI otonom, tapi belum siap. Karena perangkat-perangkatnya belum dipersiapkan dengan matang. Perangkat-perangkat itu terutama adalah, sistem perkaderan, perubahan konstitusi, dan kesiapan HMI sendiri untuk lumpuh menyikapi issu keperempuanan. (tentu saja itu bukan hal yang penting kartena HMI memang saat ini telah lumpuh hampir disemua bidang kecuali politik. Upaya-upaya peniadaan ini menyebabkan pertumbuhan yang tidak sehat di tubuh KOHATI.
Perlu kita renungkan hikmah dari keadaan ini. yaitu, jika HMI yang melahirkan KOHATI saja ingin mengaborsi KOHATI sebagai organisasi yag satu tubuh dengan HMI, apakah KOHATI juga diinginkan oleh masyarakat??. Akankah Indonesia merasakan kehilangan ketika KOHATI ditiadakan dari bumi Indonesia ini.

Penyebab dari lemahnya KOHATI sebagai gerakan perempuan adalah:
1. tidak ada fokus issu yang diusung,
2. tidak ada target-target yang harus dicapai menuju tercapainya tujuan KOHATI
Format gerakan KOHATI sangat global dan merangkum semua issu keperempuanan yang ada. Dengan tidak terarahnya satu periodesasi terhadap satu Issu, KOHATI cenderung seperti gerkan pohon kelapa, dimana angin berhembus kesitulah KOHATI bertiup. KOHATI harusnya jadi angin bukan Nyiur.
3. rendahnya Koordinasi gerakan yang termajemen. Gerakan aksi angkutan kota saja bisa begitu berpengaruh, meskipun kapasitas pelakunya bukanlah intelektual, cukup beberapa tokoh intelektual yang membuat skenario dan para anggotanya melaksanakannya. Belajar juga dari gerakan sayang Ibu. Bisa begitu mempengaruhi jatuhnya rezim Soeharto di tahun 1998. yang ada disana hanya gerkan yang solid, rapi dan penuh semangat berjuang. Berfikirlah KOHATI bisaa!
Hentikan berfikir bahwa kita harus menyelesaikan perkaderan yang tak kunjung usai ini, baru melakukan gerakan. Yang paling kita butuhkan sebenarnya adalah semangat untuk bersatu. Semangat untuk maju. Semangat untuk membangkitkan KOHATI sebagai organisasi perempuan yang mengakar, solutif dan dicintai bangsa ini.
4. tidak mengandalkan ciri-ciri khas KOHATI, untuk mewarnai gerakan keperempuanan, tapi cenderung terwanai dan mengikuti arus gerakan organisasi lain.
Ciri khas gerakan KOHATI adalah yang tertuang di muslimah cita yaitu: muslimah, intelektual, profesional dan mandiri. Perspektif keIslaman dalam gerakan KOHATI sangat minim. Contoh, dalam periodesasi ini, issu yang diangkat adalah politik perempuan dengan adanya voter education. Namun dalam voter education yang diusung KOHATI PB HMI, tidak ada pembobotan ke-Islaman, yang memberikan penyadaran ke masyarakat bahwa perempuan harus mengambil posisi politik yang strategis dan dasar gerakanya dalam Islam. Secara Intelektual, KOHATI cenderung sebagai pengikut ide bukan pencetus ide sebagai lecutan dari keintelekutalan yang dibangun oleh KOHATI. Analisis perspektif perempuan dan keIslaman dalam menyikapi UU KDRT idealnya lahir dari KOHATI, tapi ternyata tidak. Ide perumusan RUU anti pornografi, idealnya tercetus dari KOHATI sebagai intelektual yang kader-kadernya juga berkutat di dunia hukum. Dalam mengusung issu-issu gerakan yang berubah sesuai dengan kondisi yang ada, tanpa menuntaskan issu tersebut hingga selesai terlebih dahulu, menunjukkan ketidak profesionalan dan ketidak mandirian KOHATI . Kontroversi Aminah Wadud yang tidak diresponi oleh seluruh elemen KOHATI.

Upaya yang kita harus lakukan sebenarnya kedepan adalah sederhana. Yang pertama adalah:
1. Paham. Memahami apa sebenarnya tujuan KOHATI.
2. Fokus adalah kunci dari sebuah gerakan yang solid. Mari kita usung jalan yang dapat menjadi payung kebesaran kita kelak. Dan jalannya adalah dunia politik dan ekonomi.
3. Solid
Gerakan mahasiswa menjadi gerakan yang ditakuti oleh pihak penguasa ketika ada gerakan yang masif dan solid. Dan ini menentukan tercapainya target sebuah tujuan gerakan. Mari belajar dari gerakan mahasiswa, peristiwa 66, dan tahun 98 telah membuktikan bahwa gerakan yang masif dapat menghancurkan sebuah kekuasaaan yang digdaya. Untuk sebuah gerakan yang solid yang dibutuhkan adalah:
a. Koordinasi yang termanajemen
b. Komunikasi yang tangguh
c. Visi misi dan target yang jelas.
d. Kesadaran untuk maju.

a. Koordinasi yang termanajemen
KOHATI dengan cabang-cabang yang tersebar di seluruh nusantara adalah potensi yang besar untuk sebuah gerakan intelektual dan berbasis massa. Kekuatan politik dan intelektualnya belumlah optimal untuk melahirkan sebuah gerakan yang masif.
b. Komunikasi yang tangguh.
Dalam hal ini modernisasi sitem komunikasi perlu kita bangun. Luasnya ruang kerja KOHATI yang menyebar diseluruh nusantara membutuhkan sistem komunikasi yang cepat dan efisien. Dan hal tersebut bukanlah hal yang sulit lagi dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini. tentunya sikap pro aktif mencari informasi akan menjadikan komunikasi yang lebih baik.
c. Visi, misi dan dan target yang djelas.
Peluang politik perempuan tahun 2009 harus disikapi oleh KOHATI sejak dini. KOHATI harus mampu mempersiapkan kader-kader yang akan jadi ujung tombak perubahan di dunia politik sekaligus pengemban misi keperempuanan. Muslimah, intelektual, profesional dan mandiri, dibutuhkan untuk mewarnai dunia politik Indonesia kelak. Jika ini jelas dapat kita wujudkan, maka KOHATI kelak akan mampu menjadi organisasi perempuan terbesar dan terdepan dalam pergerakan perempuan.
Dalam buku Women and Power, untuk mendapatkan tujuan, strategi yang diambil oleh gerakan perempuan haruslah melalui 2 jalur yaitu Politik dan ekonomi. Dalam Islam, Rasulullah sudah mencontohkan demikian dalam menegakkan dhin Islam. Terbukti perkembangan Islam maju pesat sejak Rasulullah memegang kekuasaan di Madinah. Surat kedua dalam Al-Quran juga memposisikan Al-Baqarah setelah alfatiha. Al-Baqarah atau sapi betina adalah simbol dari ekonomi.
Maka mari kita ambil dua jalan ini untuk membesarkan KOHATI. Karena sudah waktunya kita bangkit. Sudah waktunya kita lelah untuk selalu mundur kebelakang. Karena KOHATI adalah organisasi muslimah-muslimah yang unggul dan layak untuk unjuk gigi.

Pe-er besar kita adalah:
1. selesaikan konflik horizontal dengan HMI setingkat.
Dalam hal ini, kita harus siapkan wadah khusus yang menjadi wadah silaturahmi resmi antara HMI dan KOHATI. Di dalam forum ini, semua pertanyaan tentang KOHATI harus dibedah tuntas. Tawaran forum resmi tersebut adalah Up Grading badan khusus: KOHATI.
2. Percepat capacitiy building dalam bidang politik dan ekonomi.
3. Bangun basis massa dengan berbaur dengan masyarakat.
Kegiatan pengabdian masyarakat maksimalkan.
4. persiapkan kader-kader KOHATI untuk terjun di dunia politik dan ekonomi.
5. target terdekat adalah mewarnai pemilu 2009.

Dalam peningkatan capacitiy building dalam bidang politik responsitas terhadap kondisi bangsa harus benar-benar ditangapi secara masif oleh KOHATI. Ini akan menjadi nilai ukur akan kemampuan, dan profesionalitas KOHATI dalam menyikapi masalah bangsa. Potensi ini dihimpun oleh sebuah sistem komunikasi yang pro aktif. Cabang ke PB, PB ke cabang. Dan seterusnya hingga lapisan terkecil dari anggota KOHATI.
Untuk fokus Issu politik yang harus diretas dalam periodesasi ke depan adalah:
1. Traficking, termasuk TKI.
2. Prostitusi.
Adalah sebuah kenyataan jika negara kita yang tercinta ini mendapatkan keuntungan dari hasil memperdayakan kaum perempuannya secara langsung maupun tidak langsung. Contoh secara langsung adalah membiarkan TKW tanpa keahlian khusus sebagai sumber devisa negara. Secara tidak langsung adalah tidak baiknya sistem perlindungan negara sehingga membiarkan traficking, prostitusi meraja lela di seluruh pelosok negeri, dan menyusup hingga ke dusun-dusun.
Dalam menyikapi issu ini, KOHATI harus mempersiapkan konsep advokasi yang benar-benar terealisasikan di masyarakat. ketrampilan mengusung issu ini hingga membuahkan hasil akan menjadi modal penting bagi kader-kader untuk selanjutnya terjun di dunia politik.
KOHATI PB HMI, menjadi sumber informasi, jaringan dan konsolidasi tingkat nasional. Demikian juga tiap tingkatan KOHATI. Komunikasi dan tekad untuk selalu satu gerak akan jadi kekuatan KOHATI kelak dan akan jadi sangat diperhitungkan.
Dalam hal ekonomi, KOHATI mempersiapkan wadah yang nyaman bagi lahirnya enterpreneur-enterpreneur yang akan terjun ke masyarakat kelak. Jaringan komunikasi tetap dibangun meski kepengurusan telah usai. Komitmen untuk tetap bekerjasama hingga tujuan tercapai adalah faktor penting untuk dapat menguasai sistem kapitalis yang selama ini menguasai kita. Kapitalis adalah sistem yang saling melemahkan dimana yang kuat-akan semakin kuat dan yang lemah semakin lemah. Dengan komitmen ini yang dibangun adalah saling membesarkan. Dengan segenap potensi masing-masing membantu tanpa batas waktu. Kelak akan membuahkan hasil.
Jiwa ekonomi yang dibangun adalah produktif. Membunuh sifat-sifat konsumerisme kader. Berjiwa nasionalis. Belajar membangun sitem ekonomi mandiri yang memperkecil kran dana ke negara luar. Mulai dengan cara Sederhana…
Jangan memakai produk luar negeri. Biasakan menghemat. Kreatif dan produktif. Ketrampilan melihat peluang pasar. Ketrampilam membaca perkembangan ekonomi bangsa. Mari kita belajar dari kearifan Mahatma Gandhi dalam menghacurkan kapitalisme Inggris.
Dari semua uraian diatas yang terpenting adalah komitmen. Dan menyangkut komitmen semua untuk bekerjasama mewujudkan target ini. bersama saya Peranita Sagala, dalam restu Ilahi, dalam niatan mendapatkan Ridhonya, yakinlah usaha kita akan tercapai.


Visi Misiku sebagai Kandidat Ketua Umum KOHATI PB pada MunasKOH di Makassar 2006

No comments:

Jejak Kohatiku