Wangi Melati

Thursday, April 24, 2014

PI-LKK : Melawan Tradisi Perkaderan

Rabu, tepatnya 23 april 2014, Endah panggilan akrab Ketum Kohati PB HMI menelponku untuk berdiskusi tentang Training For Trainer (TFT) Kohati. Katanya dia butuh masukan untuk modul resmi TFT yang akan dirintisnya di kepengurusannya. Kalau saja tak ada telpon beliau itu, mungkin PI-LKK ini tertimbun dalam kenangan sebelum sempat ku kisahkan dalam blog ini.

PI-LKK atau Pelatihan Instruktur Latihan Khusus Kohati adalah training kontroversial di masanya. Dibuat tahun 2013 oleh Kohati Badko Sumut, bekerjasama dengan Kohati cabang Medan, Kohati cabang Padang Sidimpuan dan Kohati cabang Kisaran. Sebuah pilot proyek, yang menuntut komitment tinggi dari peserta, dan pengelolanya. Selentingan memang ku dengar protes-protes diluar Kohati bahkan dari salah satu instruktur yang kuminta untuk terlibat di PI-LKK ini. Tapi, sebuah pembaharuan harus segera dibuat, dan pihak-pihak yang menentukan perkaderan pelan-pelan sudah dipahamkan. Ketum kohati Badko Sumut, Ketum Kohati Cabang Medan, menerima dengan semangat, sedangkan Kabid PA cabang Medan, dan Ketua BPL cabang Medan menerima dengan "rapopo".:)

Berawal dari keresahan Dia Ramayana, Ketum Kohati cabang Medan masa itu, yang kelabakan memenuhi kebutuhan perkaderan akan LKK. Dia sendiri belum instruktur, dan cabang Medan kembali mengalami ketiadaan Instruktur HMI-wati yang cukup untuk mengelola training. Nama yang ada hanya satu, yaitu Cahaya Permata. Aku sendiri, tak sudi untuk terjun lagi, karena prinsipku, hal ini tidak bisa dibenarkan. Regenerasi adalah keharusan. Jika aku tetap turun, sama saja dengan memanjakan dan muaranya mematikan regenerasi perkaderan Kohati secara tidak langsung.

Habislah kuceramahi Dia, karena terlalu lama memproses pengurusnya untuk ikut Senior Course. Pasalnya, meski cabang Medan memiliki Lembaga Pengelola Latihan (LPL), namun dalam sejarahnya tak pernah mampu mengurus training selain training formal HMI. LKK selalu termarginalkan, di geser dengan pelaksanaan LK2 atau SC, dan tak memiliki sumberdaya yang mampu mengelolanya.
Setiap pengelolaan LKK, selalu saja terjadi crash antara Kohati dan LPL yang akar masalahnya adalah tidak adanya pengelola training. Kohati menuntut tanggung jawab LPL, dan LPL juga menganggap tak penting, dan tak memiliki kapasitas di LKK.

Tapi tentu saja masalah harus segera dipecahkan. Dan setelah berdiskusi panjang dengan Dia, dan Husni Laili (ketum Kohati badko Sumut), tiba-tiba tercetus ide gila. Ya...saat itu kita merasa ide tersebut cukup gila, karena mendobrak kemapanan pola tradisi perkaderan yang selama ini dipercayakan ke LPL. Ide itu adalah: ...."kita buat sendiri sajalah perkaderan Instruktur Kohati". Ambil alih peran LPL. Mereka memang tidak sanggup membantu Kohati.

Kucarilah landasan yang dapat dijadikan hukum.
Secara logika aturan organisasi, Kohati adalah Semi Otonom yang berarti Kohati ini memiliki otonomi di bidang internalnya, dan Kohati tidak otonom di bidang eksternalnya.
Kohati otonom di bidang Internal, maksudnya adalah, Kohati memiliki wewenang dan kekuasan penuh untuk mengatur perkaderan organisasinya.

Naah...disinilah yang menjadi kuncinya.
Perkaderan Kohati yang masih diurusin oleh Kohati selama ini ternyata masih belum maksimal. Kohati hanya otonom dibidang aktifitas kepengurusan, seperti membuat rapat kerja, musyawarah kohati, dan up-grading kohati, namun belum menyentuh ranah Training. Perkaderan jika diuraikan, terdiri dari:
1. Keluarga Kader (kepengurusan)
2. Pelatihan Formal dan Non Formal
3. Up Grading.

Dari ketiga uraian tersebut, Kohati terlanjur menganggap Pelatihan adalah ranah suci milik LPL, sehingga lupa, bahwa pelatihan tersebut bisa diambil alih oleh Kohati.

Ide ini semakin menguat ketika membuka PDK yang terbaru. Ternyata training formal Kohati tidak hanya LKK saja seperti hasil munas-munas sebelumnya. Hasil Munas kali ini ada yang berubah.Perubahan besar yang tak disadari.
Pada hasil Munas 2010, Training Formal Kohati ada 2 yaitu : 1. LKK, 2. TFT (training for trainer). Ku cek kepada Upi Fitriyanti, mantan sekum PB Kohati periode 2008-2010,  ternyata memang benar, masa merekalah yang melakukan perubahan tersebut. Dengan harapan Kohati bisa mandiri dalam perkaderannya termasuk dalam pengelolaan trainingnya.

Perubahan hasil Munas/PDK ini membuat kepalaku semakin tegak. PI-LKK bukanlah training yang tanpa dasar. Maka kudesainlah training ini dengan mencurahkan segenap kemampuan ketrampilan training yang masih tersisa. Menyambut tantangan mencetak guru-guru Kohati dengan efektif dan efisien.

PI-LKK kemudian dibuka resmi oleh HMI cabang Medan. Dalam kata sambutannya, Kabid PA, Aurora Puspitasri (Rora) yang sedikit terdengar remeh karena di spanduk yang terpajang, tertulis :


Pelatihan Instruktur Latihan Khusus Kohati (PI-LKK) 

dilaksanakan oleh 
Kohati HMI Badko Sumut dan Kohati HMI cabang Medan, 
di Student Center HMI Cabang Medan, 
Medan, 05-06 Januari 2013

"Apakah jumlah hari training yang hanya 2 hari namun bisa menghasilkan seorang Instruktur?". Ucap Rora dalam kata sambutannya.

Tentu saja jika dibandingkan proses Senior Course cabang Medan yang seminggu, kemudian harus melewati proses magang, job, co-instruktur dan instruktur penuh, total menjadi Instruktur cabang Medan paling cepat melalui proses selama DUA TAHUN. Dua hari dibanding Dua tahun. Siapa yang tidak protes?. :D. Terkesan PI-LKK training instan yang pragmatis hanya mengejar kebutuhan LKK cabang Medan yang mendesak.

Owh...senang sekali melihat ekspresi bingung Rora saat itu.
Karena misiku secara pribadi, inilah protesku terhadap perkaderan cabang Medan yang lambat, berat dan sangat tidak memuaskan secara kuantitas Instruktur aktifnya. Pernah kutuang pada tulisan berjudul: Diskriminasi Perkaderan Kohati.
Namun, untuk protes tak perlu mencak-mencak, tapi berbuat langsung solusi saja. Rasanya seperti menghunus pedang kejantung masalah. Tepat.
Sungguh beruntung Kohati, karena masih jadi organisasi yang membuka peluang untuk orang-orang yang ingin melakukan perubahan. Perubahan melawan tradisi.

Lalu, benarkah PI-LKK hanya berlangsung 2 hari???.

Hahaaiii...tunggu saja posting berikutnya

(bersambung)

No comments:

Jejak Kohatiku