Wangi Melati

Friday, July 11, 2014

PI-LKK : Melawan Tradisi Perkaderan (2)

Menjadi Instruktur dalam 2 hari. Jujur saja, bagiku sangat tidak mungkin. Ku yakin calon peserta pun, merasakan yang sama. Namun tetap saja mereka tergerak mengikuti, penasaran. Pada saat orientasi, kusampaikan gambaran training ini secara keseluruhan, dan ternyata semua sepakat mengikuti tahap berikutnya, sehingga selesai mengikuti seluruh proses PI-LKK.

Menjadi Instruktur tidak cukup hanya melalui proses 2 hari karena untuk menjadi instruktur tidak hanya membutuhkan wawasan dengan level yang lebih tinggi dari calon peserta didiknya, tapi juga memiliki ketrampilan yang cukup. Skill ini lah yang membuatnya berbeda, dan tidak bisa didapatkan secara kilat. Ala bisa karna biasa. Ketrampilan seperti juga di profesi lain seperti Dokter, Arsitek dan Guru, harus DIPRAKTEKKAN dahulu.

Mendesain PI-LKK memang cukup menantang.
Menaklukkan keterbatasan waktu mengelola yang sudah tidak seperti masa pengurus dulu. Menyusun konsep pelatihan kepada sumber daya manusia yang belum pernah mengecap senior course.

Sebelum PI-LKK, ada pelatihan sejenis yang belum kukisah kan juga yaitu Diklat Instruktur Kohati. dilakukan di tahun 2010 dengan syarat peserta adalah telah mengikuti Senior Course. Dari Diklat ini lahir 4 orang instruktur Kohati yaitu: Siti Zahara (Medan), Royyan Ashri (Medan), Husni Laili (Medan), Dewi Puspitasari (Binjai).  Dan satu peserta yang tidak mengikuti proses sampai selesai yaitu Mariyatul Qibtiyah (Medan).

Pada Diklat Instruktur Kohati 2010, prosesnya tidak begitu berat, karena skill peserta juga sudah cukup diboboti melalui Senior Course yang sudah mereka lalui, dan proses magang training yang diwajibkan dalam Senior Course. Diklat Instruktur Kohati 2010 ini menjadi dasar penting lahirnya Modul LKK Kohati badko Sumut, yang menjadi acuan pelaksanaan PI- LKK dan PI- Kohati selanjutnya. Kemampuan dasar yang sejak awal dimiliki peserta membantu dalam menganalisa setiap metode training yang ada, masukan-masukan dalam pendalaman materi dalam LKK selanjutnya terutama dokumentasi dasar untuk pelatihan Instruktur Kohati selanjutnya.

Diklat Instruktur Kohati adalah generasi pertama training Insruktur yang difokuskan khusus untuk pelatihan-pelatihan di Kohati.
Hasil diklat inilah yang kemudian dirapikan menjadi modul LKK, yang dirangkum dalam buku yang berjudul "Lika-liku LKK". 
Buku ini menjadi acuan dasar untuk pengelolaan LKK yang disampaikan dalam PI-LKK maupun PI-Kohati.

Karena sudah punya dasar yang cukup, maka tantangan konsep dasar sudah ditaklukkan. Selanjutnya adalah mempersiapkan kader yang belum paham training menjadi paham LKK dan mampu mengelola training keperempuanan.

Ada lima peserta, yang menjadi generasi kedua, pelatihan Instruktur Kohati. Yaitu: Dia Ramayana (Medan), Rizky Ameliya (Medan), Maghfira Rafi'ah (Medan), Reni Mulfiani (Kisaran), dan Nurhandayani (Medan). PI-LKK ini melahirkan 4 Instruktur Kohati, dari 5 orang peserta.
Nurhandayani tidak mengikuti proses sampai selesai.


Bagaimana menempa mereka agar mampu mengelola training secara mandiri. Maka didesainlah pelatihan memenuhi kebutuhan wawasan pelatihan, dan menempa mereka dalam praktek, dan magang, serta mendesain training non formal Kohati.

Pelaksanaan PI-LKK dilangsungkan setiap Sabtu dan Minggu. terdiri dari 4 tahapan yaitu:

TAHAP 1
Adalah tahap dasar pembobotan wawasan tentang LKK.
Materi dalam tahapan ini, menjadi dasar aktifitas pada tahap berikutnya, Uraian materi tersebut yaitu:

  1. Orientasi
  2. Analisis Perkaderan Kohati
  3. Mengenal BPL (Badan Pengelola Latihan)
  4. Konsep Pendidikan
  5. Teknik Memfasilitasi
  6. Bedah LKK
  7. Kode Etik Instruktur
  8. Membuat Alur Pembelajaran


TAHAP 2
Adalah tahap praktek menyampaikan materi-materi yang ada di LKK. Setiap peserta harus memilih satu tema materi yang dikuasainya dan di praktekkan.
Rentang waktu antara tahap I dan tahap 2 memberikan peluang untuk mempersiapkan bahan yang matang dalam penyusunan materi.
Seperti juga yang dihasilkan dalam Diklat Kohati, PI LKK menghasilkan modul-modul materi LKK yang dapat menjadi acuan awal dalam menyampaikan dan mengelola materi-materi LKK.


TAHAP 3.
Adalah tahap magang. Yaitu proses mengamati dan mencoba (didampingi oleh instruktur) secara langsung proses training LKK. Ini adalah proses terlama dalam PI-LKK mapun PI Kohati. Karena tidak semua peserta memiliki kesempatan waktu untuk mengelola LKK. Syarat tahap magang ini adalah, mengikuti dan mengelola (didampingi oleh instruktur) TIGA buah training LKK/Training Formal Kohati. Langkanya pelaksanaan LKK, menjadi kendala.
Dalam PI-LKK terdapat 3 pelaksanaan training yang dilalui oleh Peserta yaitu:

  •  LKK Kohati HMI Cabang Padang Sidimpuan
  • LKK  Kohati HMI cabang Medan
  • LKSG* Kohati HMI cabang Kisaran-Asahan


TAHAP 4
Adalah tahap Evaluasi. Penilaian seluruh proses pelatihan yang diikuti, dan pernyataan kelulusan. Tahap ini juga melakukan revisi terhadap modul-modul pelatihan Kohati yang telah dijalankan.

Kelemahan peserta yang belum mengikuti Senior Course coba disiasati dengan pendampingan yang serius dalam Tahap 2 dan tahap 3 yaitu pada saat praktek dan Magang.
Berbeda dengan Diklat LKK yang butuh praktek saja, dan dianggap siap tempur di LKK, maka pada PI-LKK peserta harus melewati proses magang di berbagai training Kohati.
Syaratnya minimal 3 training Kohati.

Ini seperti metode yang dilakukan dalam Senior Course juga. Namun periodesasinya dibalik. Jika dalam Senior Course, magang dilakukan setelah SC selesai, maka pada PI LKK, sebaliknya. Magang adalah proses PI-LKK itu sendiri. Ini untuk menjamin peserta tidak lepas begitu saja karena merasa training sudah usai.

Keseluruhan proses PI-LKK memakan waktu Enam bulan sejak dilaksanakan hingga pengumuman kelulusan.
Beda bukan...dengan senior course yang butuh 6 hari training (maksimal)??.
***

Dengan segala kerja keras, dan kerjasama berbagai pihak dan HMI cabang sekawasan Sumatera Utara, hingga tulisan ini diturunkan, yang telah mampu mengelola LKK sebagai MOT adalah Maghifira Rafi'ah, melanjutkan studi ke jawa dan menjadi pengurus Kohati PB HMI.

Rizky Emiliya kemudian terpilih menjadi Ketua Kohati Badko Sumut, dan mempromosikan perkaderan Kohati. Ia kemudian merevisi PI-LKK menjadi PI-Kohati yang akan kukisahkan pada tulisan selanjutnya. Tak disangka, kisah PI-LKK kemudian disambut ambisius oleh lebih banyak kohati selanjutnya.

Dia Ramayana melanjutkan studi ke Jawa dan menjadi pengurus Kohati PB HMI.
Reni Mulfiani masih di Kisara Asahan, dan membantu perkaderan Kohati disana.
Nurhandayani menjadi pengurus Kohati Badko HMI, masih sibuk dengan dirinya sendiri.

***
Apapun aktifitas pilihan mereka, tugasku sudah kutunaikan, bibit perubahan sudah kusemaikan. Kini mereka sudah menyebar dan menebar.
Takkan ada yang sia-sia. Sepanjang hidup tetap terus berusaha, menjadi lebih baik.

Semoga amanah adinda...


------

* LKSG = Latihan Kader Sensitif Gender. 

Baca disini : PI-LKK : Melawan Tradisi Perkaderan (1)

1 comment:

Anonymous said...

Masya Allah... Kangenn dengan suasana Perkaderan KoHati ku.
Rekan² seperjuangan ku.
Kalian hebat. Masih bisa tetap membangun Kohati ku dengan adik² generasi selanjutnya.

Semoga perjuangan kalianenjadi Lillahita'ala.
Kohati ku manis.
Jayalah KOHATI

🥰🥰😍😍💪💪💪

Jejak Kohatiku