Wangi Melati

Sunday, May 20, 2012

Elegi Beringin di Alimbas

Ada salah satu dongeng masa kecil yang masih terekam dan tiba-tiba mencuat hadir diantara riak aktifitasku akhir-akhir ini.

Kisahnya tentang sekumpulan burung yang tinggal di sebuah pohon yang kokoh. Rimbunya dedaunan membuat mereka terlindung aman dari pemburu.Itulah sebabnya pohon itu selalu menjadi pilihan terbaik sebagai rumah kelompok burung itu. Suatu hari sebuah tunas tumbuhan menjalar muncul diantara sela akar sang pohon. Takkan disadari jika tak sungguh-sungguh melihat kebawah. Hanya seekor burung tua yang sudah kepayahan terbang yang menyadarinya. Diingatkannya pada yang muda, untuk membersihkan sang pohon dari sulur tanaman itu. Tak satu pun burung muda yang mengindahkan. Bagaimana mungkin pucuk-pucuk sulur yang lembut dan rapuh itu akan merusak kehidupan mereka yang telah lama nyaman itu. Hari demi hari, sulur itu semakin banyak, semakin kuat dan merambat ke atas pohon. Kumpulan burung itu baru menyadari bahaya tanaman merambat itu, ketika suatu hari teman mereka terjebak dalam perangkap yang dipasang seorang pemburu. Pohon yang kokoh itu tak aman lagi bagi mereka. Karena sulur tanaman telah menjadi tangga bagi para pemangsa mereka. Untuk menebasnya, mereka tak ada daya lagi. Batangnya sudah terlalu keras untuk di tebas. Apa boleh buat, tak ada yang dapat diperbuat lagi selain pergi dari rumah mereka.

Selama renovasi alimbas, aku sungguh gusar dengan tanaman-tanaman yang tumbuh subur di pagar-pagar alimbas.Bukannya tumbuh di tanah yang lapang untuk akar-akarnya. Tapi justru muncul diatara bata-bata yang lumutan, diantara tanah-tanah yang terbentuk dari sampah yang menumpuk dan lupa dibersihkan. Tumbuh di atas atap, di atas pagar belakang gedung, bahkan daunnya sudah sama tinggi dengan atap gedung di alimbas. Apakah tanah alimbas ini tak cukup subur untuk mereka tumbuh?.

Seperti juga sulur-sulur yang menjalar itu. Aku merasa...apa yang telah terjadi di HMI tempatku dulu pernah belajar ini. Kenapa yang muncul adalah oknum, orang-orang yang tak siap menerima kekalahan, menggunakan kekerasan untuk mendapatkan tujuan. Sejak kapan sulur-sulur itu tumbuh, menjalar dan..masyaAllah ada di mana-mana.
Sakit sebenarnya. Apalagi sebagai salah satu pengkader yang sering merelakan waktu nyenyaknya tidur demi berjalannya proses training.

****
ditulis Juni 2011
@renovasi alimbas

No comments:

Jejak Kohatiku